PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Segala kegiatan dalam kehidupan manusia, tidak akan terlepas dari pengaruh filsafat. Karena seperti yang diketahui bersama bahwa filsafat telah memasuki dan mendominasi dari sebagian bahkan seluruh kegiatan manusia. Hal ini dikarenakan manusia selalu menggunakan akal pikirannya dalam menuju kebahagiaan hidupnya.
Demikian halnya sekarang, filsafat telah merasuki dan merupakan bagian penting dalam pendidikan. Adapun aliran-aliran dalam Filsafat Pendidikan banyak sekali, salah satunya adalah Filsafat Pendidikan Scholastisme. Filsafat Pendidikan Scholastisme lahir pada abad pertengahan (976-1492 M). Scholastisme itu sendiri bermakna sekolah atau ajaran (madzhab), didalamnya dibahas ajaran tentang manusia dan Tuhannya serta bagaimana pendidikan seharusnya.
Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan Tuhan secara sempurna dengan dibekali akal dan nafsu. Sehingga derajat dan kedudukan manusia mampu melampaui makhluk-makhluk Tuhan yang lain, ketika manusia itu sanggup memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan untuk mendapatkan kebahagiaan hidupnya. Sehingga penting sekiranya dipelajari mengenai Filsafat Pendidikan Scholastisme.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalahnya yakni:
a. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Pendidikan Scholastisme?
b. Bagaimana konsep-konsep filsafat dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme?
c. Bagaimana konsep-konsep pendidikan dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme?
3. Tujuan
Adapun tujuannya, sebagai berikut.
a. Untuk memperoleh data tentang Filsafat Pendidikan Scholastisme.
b. Untuk mengetahui konsep-konsep filsafat dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme.
c. Untuk mengetahui konsep-konsep pendidikan dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Scholastisme
Filsafat Pendidikan Scholastisme memiliki tiga unsur kata yang semuanya mengandung makna, yakni: Filsafat, Pendidikan dan Scholastisme. Filsafat sendiri sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya berasal dari bahasa Yunani yaitu Philos dan Sophia. Philos artinya cinta dan Sophia berarti kebijaksanaan. Secara istilah menurut Yaya Sunarya (2012:16) “Arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearifan dan kebijakan”.
Secara bahasa, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, yaitu Paedagogic yang berarti pergaulan bersama anak-anak. Secara istilah John Dewey mengatakan, “Pendidikan adalah suatu proses pengalaman” (Yaya Sunarya, 2012:18). Sedangkan menurut Crow and Crow, “Pendidikan adalah proses pengalaman yang memberikan pengertian, pandangan (insight) dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkan ia berkembang” (dikutip dalam Yaya Sunarya, 2012:18).
Dua kata diatas jika digabungkan menjadi Filsafat Pendidikan, yang akan memiliki makna berbeda dan lebih luas lagi dari kata asalnya. Asy-Syaibani mengartikan bahwa Filsafat Pendidikan yaitu aktifitas pikiran teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan, (dikutip dalam Jalaluddin dan Abdullah, 2002:13). Mengutip perkataan John Dewey, Jalaluddin dan Abdullah (2002:13) lebih lanjut menjelaskan bahwa Filsafat Pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental (paling mendasar), baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun perasaan (emosional), menuju ke arah tabiat manusia.
Selanjutnya, Scholastisme dalam bahasa Inggris yaitu school yang berarti sekolah atau ajaran atau madzhab. Sedangkan Ahmad dan Mudzakir (2004:81) mengemukakan bahwa Scholastisme berasal dari kata schuler yang memiliki makna sama dengan sebelumnya yakni sekolah atau ajaran. Kata ‘isme’ dalam Scholastisme menunjukkan suatu paham atau aliran. Jadi, bisa dikatakan bahwa Scholastisme ini adalah aliran mengenai sekolahan.
Dari beberapa uraian diatas, dapat diambil pengertian mengenai Filsafat Pendidikan Scholastisme adalah filsafat pendidikan yang berorientasi dan meliputi segala tentang sekolah. Jadi bisa dikatakan Filsafat Pendidikan Scholastisme ini memberikan pengetahuan dan bekal bagi manusia tentang bagaimana konsepsi-konsepsi sekolah. Karena seperti yang diketahui, sekolah sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia masa kini dan hampir selalu mempengaruhi bagaimana nasib manusia di masa depan nanti.
Ada dua tokoh terkenal dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, pertama yakni Peter Abelard seorang filosof asal Perancis yang lahir pada tahun 1079 di Pallet (Palais) dan kedua adalah Thomas Aquinas. Dalam salah satu pemikirannya, Abelard mengemukakan bahwa peranan akal dapat menundukan iman, iman harus mau didahulukan oleh akal. Hal ini menjadi dasar bahwa berfikir itu merupakan sesuatu yang berdiri sendiri dan berada diluar iman (dikutip dalam civiceducation.blogspot.com).
Dalam pembahasannya mengenai Filsafat Pendidikan Scholastisme ini, sangat erat hubungannya dengan Filsafat Pendidikan Perenialisme. Hal ini dikarenakan bukan hanya tokoh yang menjadi figur didalamnya saja, melainkan juga isi dan cakupan pembahasannya tidak jauh membelok diantara keduanya yakni pembahasan mengenai akal, manusia dan Tuhannya. Mengenai hubungan keduanya Disebutkan oleh Jalaluddin dan Abdullah (2002:91) bahwa Thomas Aquinas telah mengadakan beberapa perubahan sesuai dengan tuntutan agama Kristen tatkala agama itu datang, kemudian lahir apa yang dikenal dengan nama Neo-Thomisme atau Neo-Scholastisme. Tatkala Neo-Thomisme atau Neo-Scholastisme masih dalam bentuk awam maupun dalam paham gerejawi sampai pada tingkat kebijaksanaan, maka ia terkenal dengan nama perenialisme.
B. Konsep-Konsep Filsafat Dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme
Redja Mudyahardjo (2008:230-232) menyebutkan Konsep-Konsep Filsafat Dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, yakni:
1. Metafisika (Hakikat Kenyataan)
Dalam kaitannya mengenai kenyataan, dikenal dua kenyataan dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, yaitu:
a. Bentuk/Potentia/Morphe (Form)
b. Mater/Actu/Hyle (Materi)
Kenyataan yang tersusun secara hierarkis dari Tuhan sebagai kenyataan tertinggi dan materi sebagai kenyataan terendah. Tuhan sebagai kenyataan tertinggi, karena Tuhan-lah yang menciptakan dan memberikan kemampuan kepada manusia.
2. Humanologi (Hakikat Manusia)
Ada beberapa hakikat manusia dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme menurut Redja, yakni:
a. Manusia diciptakan Tuhan. Oleh karena Tuhan adalah Maha Bijaksana dan Maha Baik, Tuhan harus menciptakan manusia untuk suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah kebahagiaan, suatu kebahagiaan harus diwujudkan secara sempurna hanya dalam Tuhan.
b. Manusia terdiri atas tubuh dan jiwa, bersatu dalam kesatuan yang hakiki. Manusia bukanlah jiwa yang berpikir tapi pribadi.
c. Jiwa manusia adalah immaterial, rohaniah, yang secara insting atau secara sewajarnya bergantung pada materi, karena harus bersatu dengan tubuh untuk membentuk satu kesatuan.
d. Manusia mempunyai intelek, karena itu dapat memahami, membuat pertimbangan, dan menyimpulkan.
e. Manusia mempunyai kemauan bebas, yakni kemampuan menentukan suatu pilihan.
f. Manusia adalah binatang yang rasional, yang dapat berfikir dan berkemauan, karena itu merupakan bentuk tertinggi dari binatang.
g. Manusia hanya dapat dihancurkan oleh Tuhan sendiri, karena manusia mempunyai jiwa yang bersifat rohaniah.
h. Ada suatu norma yang menentukan suatu tindakan adalah baik atau jahat.
Jadi, dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali akal pikiran, manusia hendaklah mampu memanfaatkan fasilitas tersebut. Bukan hanya untuk membuktikan bahwa manusia itu bukan binatang, melainkan untuk menunjukkan bahwa manusia mampu memelihara alam ini sebagai khalifah.
3. Epistimologi (Hakikat Pengetahuan)
Mengenai Hakikat Pengetahuan dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, Redja mengemukakan bahwa pengetahuan itu bertingkat-tingkat, yang dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:
a. Pengetahuan tentang alam yang diketahui melalui rasio.
b. Pengetahuan tentang kebenaran diluar alam yang diperoleh melalui percaya berdasarkan intiusi. Pengetahuan berdasarkan kepercayaan seperti ini, harus terus berlaku apabila ada perbedaan dengan yang diperoleh melalui rasio.
4. Aksiologi (Hakikat Nilai)
Redja menyebutkan empat (4) point penting dalam kaitannya mengenai Hakikat Nilai dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, empat (4) point tersebut adalah.
a. Pertama-tama manusia harus mengetahui kebaikan agar mau berbuat baik.
b. Kebaikan yang tertinggi atau kebajikan adalah kebahagiaan dan cinta kasih Tuhan.
c. Ada dua macam kebajikan yaitu:
1) Kebajikan teologis yang berkenaan dengan keimanan, harapan dan kemurahan hati.
2) Kebajikan kardinal berkenaan dengan kesucian, keberanian =, kesederhanaan dan keadilan.
d. Cara-cara utama dalam mencapai kebahagiaan adalah kesehatan, kemakmuran dan persaudaraan.
Uraian-uraian diatas akan dapat dipahami ketika dilakukan penghayatan mendalam yang disertai berpikir kritis. Hal tersebut sekiranya perlu dilakukan, agar mampu sepenuhnya memahami apa dan bagaimana serta kenapa konsep-konsep filsafat dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme demikian adanya.
C. Konsep-Konsep Pendidikan Dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme
Lebih lanjut Redja Mudyahardjo (2008:232-234) menjelaskan mengenai Konsep-Konsep Pendidikan Dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, kemudian beliau menyebutkan beberapa point penting seperti dibawah ini.
1. Tujuan-Tujuan Pendidikan
Sebagaimana diketahui tujuan pendidikan adalah menjauhkan manusia dari keterbelakangan pengetahuan dan menjadikan manusia yang memiliki banyak pengetahuan untuk kebahagiaan hidupnya di masa mendatang. Akan tetapi, lebih jelasnya dalam pembahasan Filsafat Pendidikan Scholastisme Redja menyebutkan ada 2 hal penting, yakni:
a. Pendidikan tidak semata-mata ditujukan untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia, tetapi terutama untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat dalam pengenalan jiwa dengan Tuhan.
b. Untuk mencapai tujuan tersebut pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencakup intelektual, fisik (jasmaniah), volitional (kemauan) dan vokasional (bekerja).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pernyataan yang mengatakan pendidikan merupakan jalan mencapai kebahagiaan hidup di dunia adalah salah menurut Filsafat Pendidikan Scholastisme, karena dalam ajarannya tujuan akhir segalanya adalah Tuhan itu sendiri, yang telah menciptakan segala sesuatunya.
2. Isi Pendidikan atau Kurikulum
Mengenai hal ini, ada dua hal penting yaitu:
a. Isi pendidikan harus mencakup agama dan humaniora sebagai bagian pendidikan liberal atau pendidikan umum.
b. Pendidikan liberal tersebut, terdiri atas:
1) Mata-mata pelajaran fundamental yang berhubungan dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan.
2) Mata-mata pelajaran instrumental yang berhubungan dengan pengembangan vokasional dan penunjang bagi mata-mata pelajaran fundamental.
Kurikulum dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme tentu harus mencakup agama karena sebagaimana yang diketahui bahwa Scholastisme mengarah kepada agama itu sendiri. Dimana menurut Ahmad dan Mudzakir (2004:81) bahwa secara garis besar filsafat abad pertengahan (masa scholastik) dapat dibagi dua periode, yaitu: Periode Scholastik Islam dan Periode Scholastik Kristen.
3. Metode-Metode Pendidikan
Dalam setiap pendidikan pasti akan ditemui mengenai bagaimana metode pendidikannya itu disampaikan, sehingga akan dapat diprediksi bagaimana hasil akhirnya dari metode-metode yang digunakan tersebut. Namun, prediksi tersebut tidak bersifat mutlak karena sifatnya lebih kearah prasangka atau dugaan. Sebelum pada metode-metode dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, perlu sekiranya mengetahui bagaimana caranya memperoleh pengetahuan. Menurut Redja (2008:233), ada dua macam memperoleh pengetahuan, yaitu:
a. Melalui penemuan atau rasio alami sendiri yang tertuju pada pengetahuan yang tidak diketahui.
b. Melalui intruksi atau latihan, yakni orang lain memberi bantuan kepada rasio alami untuk tertuju pada pengetahuan yang tidak diketahui. Bantuan tersebut disebut pengajaran.
Setelah mengetahui dua macam cara pengetahuan bisa diperoleh. Selanjutnya, mengenai metode-metode pendidikan yang digunakan dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme, yakni:
a. Metode dialektik,
b. Metode ceramah dan
c. Metode debat, diskusi atau tanya jawab
Metode-metode tersebut sangat tepat apabila dilakukan didalam lingkungan sekolah, karena seperti yang diketahui bersama kegiatan pendidikan disekolah sangat erat kaitannya antara guru dengan murid, dan antara murid dengan temannya. Interaksi inilah yang akan membantu wawasan ilmu peserta didik cepat meningkat.
4. Peranan Peserta Didik dan Pendidik
Berikut Peranan Peserta Didik dan Pendidik dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme.
a. Pengajaran berpusat pada guru yang diberikan melalui ceramah, latihan yang teratur dan terarah serta tanya jawab.
b. Tak seorangpun dapat mengajar dengan berhasil tanpa kebajikan dari cahaya pikiran oleh Tuhan. Dengan demikian Tuhan mengajar manusia dalam dirinya berupa memberikan potensi-potensi berpikir. Tuhan adalah guru bathiniyah manusia.
c. Guru memberikan teladan yang baik.
d. Peserta didik berperanan pasif.
Pada bagian terakhir peranan pasif yang dimaksud bukan berarti peserta didik tidak boleh atau haram aktif dikelasnya, melainkan dalam pembelajaran penyampaian yang berperan aktif adalah guru, karena gurulah yang mengajarkan mata pelajaran.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berikut kesimpulan yang bisa penulis uraikan.
a. Pengertian Filsafat Pendidikan Scholastisme
Scholastisme dalam bahasa Inggris yaitu school yang berarti sekolah atau ajaran atau madzhab. Kata ‘isme’ dalam Scholastisme menunjukkan suatu paham atau aliran. Jadi, bisa dikatakan bahwa Scholastisme ini adalah aliran mengenai sekolahan.
b. Konsep-Konsep Filsafat Dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme
Ada beberapa point, yaitu:
1) Metafisika (Hakikat Kenyataan)
Ada dua kenyataan, yaitu: Morphe dan Mater.
2) Humanologi (Hakikat Manusia)
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali akal.
3) Epistimologi (Hakikat Pengetahuan)
a) Pengetahuan tentang alam diketahui melalui rasio.
b) Pengetahuan tentang kebenaran diluar alam diketahui dengan kepercayaan.
4) Aksiologi (Hakikat Nilai)
Kebaikan tertinggi disebut kebajikan dan kebajikan adalah kebahagiaan dan cinta kasih Tuhan.
c. Konsep-Konsep Pendidikan Dalam Filsafat Pendidikan Scholastisme
Ada beberapa konsep, yakni:
1) Tujuan-Tujuan Pendidikan
Pada intinya, tujuan pendidikan bukan hanya untuk mencapai kebahagiaan di dunia, akan tetapi yang terpenting adalah untuk mencapai kebahagiaan di akhirat.
2) Isi Pendidikan atau Kurikulum
Kurikulum didalamnya harus mencakup agama.
3) Metode-Metode Pendidikan
Metode-metodenya meliputi:
a) Metode dialektik
b) Metode ceramah
c) Metode debat, diskusi atau tanya jawab
4) Peranan Peserta Didik dan Pendidik
Pada umumnya guru dalam filsafat pendidikan ini bersifat aktif dan murid bersifat pasif.
2. Kritik dan Saran
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam makalah ini, baik dari ejaan penulisan, tata kalimat, tata bahasa maupun yang lainnya. Tetapi setidaknya penulis telah berusaha menguraikan maksud dari Filsafat Pendidikan Scholastisme. Oleh karena banyaknya kekurangan dalam makalah ini, penulis mengharapkan adanya wujud apresiasi pembaca untuk memberikan koreksi dan masukkan agar penulis mampu memperbaikinya dan tidak melakukan kesalahan sama untuk yang kedua kalinya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Education, Civic. 2011. Pemikiran-Pemikiran Peter Abelard. Diunduh melalui civiceducation.blogspot.com, tanggal 9 maret 2013, pkl. 17.00 WIB.
Jalaluddin dan Abdullah. 2002. Filsafat Pendidikan (Manusia, Filsafat dan Pendidikan). Jakarta: Gaya Media Pratama.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sunarya, Yaya. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV Arfino Raya.
Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.