PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Permasalahan dalam Tauhid adalah permasalahan vital
yang ada dalam ajaran Islam, karena mengandung begitu penting maknanya. Tauhid
menjadi hal paling prinsip dalam Islam yang memiliki kedudukan teratas dalam
keimanan seseorang kepada Allah SWT. Hal ini dikarenakan syarat segala amalan
setiap insane kepada Allah SWT adalah dengan sempurnanya tauhid.
Persoalan Tauhid telah dibawa dari masa
Nabi ke Nabi selanjutnya, karena tujuan dari adanya ajaran ini agar manusia
menyembah hanya kepada Allah SWT. Sehingga, tidak membuka celah sedikitpun bagi
orang-orang yang hendak melakukan tipu daya. Karena dengan tauhid yang mantap,
dengan keimanan yang sempurna segala ranjau yang telah dipersiapkan setan tidak
akan mampu menjerat manusia taat ini.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut.
1.
Apa
makna kalimat Tauhid لااله
الاالله?
2.
Bagaimana
keistimewaan kalimat Tauhid لااله
الاالله?
3.
Bagaimana
syarat dan rukun kalimat Tauhid لااله الاالله?
C.
Tujuan
Adapun tujuannya, yakni:
1.
Untuk
memahami makna kalimat Tauhid لااله
الاالله,
2.
Untuk
mengetahui keistimewaan kalimat Tauhid لااله الاالله, dan
3.
Untuk
mengetahui syarat dan rukun kalimat Tauhid لااله الاالله.
PEMBAHASAN
A.
Makna Kalimat Tauhid لااله الاالله
Kalimat Tauhid telah dikemukakan dalam Al-Qur`an lebih
dari 30 kali sebagaimana dapat disimak dalam surat Al-Baqarah, Al-Imran,
An-Nisa, Al-An`am, At-Taubah, Yunus, Hud, Ar-Ra`du, Ibrahim, An-Nahl, Taa-haa,
Al-Anbiya, Al-Mu`minu, An-Naml dan yang lainnya. Hal itu memberikan keyakinan
dan bukti nyata bahwa masalah Tauhid dalam ajaran samawi (Islam) adalah ajaran
inti dari ajaran Allah SWT.
Kalimat Tauhid yang agung لااله الاالله yakni ‘Tiada Tuhan Selain Allah’ memiliki
arti yang sangat dalam dan luas. Seorang hamba tidak mungkin akan dapat beramal
sesuai yang dikehendaki olehnya, kecuali setelah ia benar-benar memahami makna
yang terkandung didalamnya sehingga ia beramal atas dasar kalimat Tauhid ini
dengan sadar.
Allah SWT berfirman.
اللَّهُ
لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ ۚ
Artinya: “Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (Q.S Al-Baqarah: 255).
Kata الاله menurut bahasa adalah المعبود yakni ‘yang disembah’, terambil dari kata اله يأله الاهة yang bermaknaعبد يعبد عبادة yakni ‘menyembah’. Kata الاله mengikuti pola kata فعال yang bermakna, مفعول yakni معبود yang disembah.[1]
Sedangkan الاله menurut syara’: yaitu Tuhan satu-satu-Nya
yang berhak disembah. Sebab hanya Dia sajalah yang memiliki sifat-sifat
ketuhanan sebagai sifat-sifat mutlak yang selaras dengan keagungan dan
kebesaran-Nya yang tidak akan pernah dapat diraih, oleh siapapun, kecuali hanya
oleh Dia sendiri. Dialah Allah pencipta segala sesuatu, tidak ada Tuhan selain
Dia ‘Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakana dengan
ketinggian yang sebesar-besarnya’. Oleh karena itu, maka yang harus disembah
itu tidak lain hanya Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi.[2]
Sementara itu, lafadz الله adalah ‘Isim Alam’ (kata benda khusus) bagi
Dzat Tuhan Yang Maha Suci seperti yang telah diketahui, yakni Isim Alam mutlak
yang paling difinitif. Dialah Allah yang berhak dan harus disembah, dimana
segala bentuk ibadah dan pengabdian dalam situasi dan kondisi bagaimanapun juga
harus tetap hanya diperuntukkan bagi-Nya.[3]
Jadi, makna لااله الاالله adalah peniadaan seluruh yang disembah
selain Allah SWT dan merupakan penetapan bahwa menyembah itu hanya
diperuntukkan kepada dan bagi Allah saja. Maka dengan demikian, makna dari لااله الاالله adalah peniadaan dan penetapan, yakni
meniadakan Tuhan selain Allah SWT dan menetapkan bahwa Tuhan itu hanya Dia.
B.
Keistimewaan Kalimat Tauhid لااله الاالله
Kesempurnaan Tauhid yang dimiliki oleh seseorang, akan
membawa kepada jalan yang lurus dan Allah SWT akan senantiasa selalu melindungi
dan menjamin keselamatannya baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena sebab
itu, Kalimat Tauhid memiliki keistimewaan yang sangat besar dan luar biasa.
Syekh Muhammad At-Tamimi dalam kitab Tauhid
mengemukakan bahwa `Ubadah bin Ash-Shamit, mengatakan bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak ada sesembahan yang hak selain
Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan
bersyahadat bahwa Isa hamba Allah dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari pada-Nya dan bersyahadat pula
bahwa surge adalah benar adanya, maka Allah pasti memasukkannya ke dalam syurga
betapapun amal yang telah diperbuatnya” (HR Bukhari dan Muslim).[4]
Banyak nash yang meriwayatkan dan menjelaskan
keutamaan atau keistimewaan kalimat Tauhid, diantaranya sebagai berikut.
Diriwayatkan dari Abu Sa`id Al-Khudri bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Musa berkata, ‘Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk
berdzikir dan berdoa kepada-Mu’. Allah berfirman, ‘Hai Musa, katakanlah لااله الاالله’. Musa berkata lagi,
‘Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini’. Allah pun berfirman, ‘Hai Musa,
Andaikata ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi
diletakkan pada daun timbangan, sedang لااله الاالله diletakkan pada daun timbangan lain, maka لااله الاالله niscaya lebih berat timbangannya’.” (HR.
Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan bahwa hadits ini shahih).
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan
hasan, dari Anas, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Hai
anak Adam, seandainya kamu dating-Ku dengan dosa sepenuh jagad. Sedangkan kamu
ketika mati tidak dalam keadaan syirik sedikitpun kepada-Ku, niscaya akan Aku
berikan kepadamu ampunan sepenuh jagad pula’.”
Allah SWT berfirman.
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُولَٰئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ
وَهُم مُّهْتَدُونَ [٦:٨٢]
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan
tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
yang mendapat keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S
Al-An`am).[5]
C.
Syarat dan Rukun Kalimat Tauhid لااله الاالله
Pada dasarnya kalimat Tauhid yang merupakan salah satu
rukun Islam yaitu dalam koridor syahadat, memiliki syarat dan rukun yang harus
dicapai untuk menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT.
1.
Syarat
Kalimat Tauhid لااله
الاالله
Syarat
merupakan aspek penting dalam perwujudan tercapainya sesuatu hal. Dalam hal ini
ada tujuh syarat, yakni:[6]
a.
Mengetahui,
maksudnya adalah mengetahui makna kalimat Tauhid لااله الاالله secara
peniadaan maupun penetapan. Sesuai dengan Q.S Muhammad: 19.
b.
Yakin,
maksudnya adalah hati meyakini dan membenarkan kalimat Tauhid لااله الاالله. Sesuai dengan Q.S Al-Hujurat: 5.
c.
Ikhlas.
Sesuai dengan Q.S Al-Bayyinah: 5.
d.
Benar,
maksudnya adalah hendaknya pernyataan beriman itu bukan sekedar basa-basi,
sehingga yang bersangkutan benar-benar meyakini bahwa segala yang terkandung di
dalam Al-Qur`an dan segala yang disampaikan oleh Rasulullah SAW benar adanya.
Sesuai dengan Q.S Az-Zumar: 33.
e.
Cinta,
maksudnya adalah hendaknya Allah SWT lebih dicintai daripada yang lain dengan
total dan sepenuh hati. Sesuai dengan Q.S Al-Maidah: 54.
f.
Berserah
diri kepada Allah SWT baik lahir maupun bathin. Sesuai dengan Q.S Luqman: 22.
g.
Menerima,
yaitu tidak menolak apa yang dikehendaki oleh makna yang terkandung dibalik
kalimat Tauhid لااله
الاالله sebagaiman
telah digariskan oleh Allah Yang Maha Bijaksana. Sesuai dengan Q.S Ash-Shaffat:
35-37.
2.
Rukun
Kalimat Tauhid لااله
الاالله
Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, rukun ini berkaitan dengan pembahasan makna kalimat
Tauhid لااله الاالله. Rukun kalimat Tauhid لااله الاالله, yakni:[7]
a.
Meniadakan,
maksudnya adalah meniadakan yang lain seluruhnya hanya untuk menyembah,
mengabdi dan berserah diri kepada Allah. Dengan benar-benar memurnikan
peribadatan kepada-Nya.
b.
Menetapkan,
maksudnya adalah menetapkan Allah sebagai raja diatas raja, Maha dari segala
Maha.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kalimat Tauhid لااله الاالله, yang mempunyai
kedudukan paling penting dalam aqidah seseorang kepada Allah SWT, menjadikannya
salah satu kunci mendapat kemenangan dari Allah SWT. Kesempurnaan iman, hanya
akan didapat dengan meninggalkan dan tidak mendekati perbuatan syirik sekecil
apapun itu. Hal ini dikarenakan Allah SWT sangat membenci para pelaku syirik
dan menginformasikan kepada hamba-Nya bahwa ‘sesungguhnya syirik adalah kezaliman
yang amat besar’.
Untuk
mencapai kesempurnaan tersebut pula, seseorang harus mampu mencapai dan
memenuhi syarat dan rukunnya. Semoga kitalah yang senantiasa termasuk
orang-orang yang berusaha menyempurnakan keimanan kepada Allah SWT. Sebagai
wujud cinta kepada Allah SWT.
B.
Kritik dan Saran
Makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna, karena mungkin masih banyak kesalahan-kesalahan yang terjadi, baik
dari penulisan kata, ejaan, paragraf dan lain-lain. Hal itu dikarenakan
kurangnya pengetahuan dan keahlian penulis sendiri dalam hal ini.
Oleh karenanya, untuk dapat menutupi hal
itu penulis berharap adanya apresiasi yang diberikan dari pembaca berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun. Dengan adanya hal seperti itu, penulis akan
mampu melakukan perbaikan terus menerus.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Munawwarah, Syarif Hamdan Rajih Madinah. 2001. Kalimat Tauhid laa
Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah. Jakarta: Kalam Mulia.
Al-Qur`anul Kariim.
Praditya,
Adinda. 2004. Ebook Kitab Tauhi Karya Syekh Muhammad At-Tamimi. Diunduh
lewat adind@vbaitullah.or.id, 1
Desember 2012
[1] . Dr. Syarif Hamdan Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha
Illallah Muhammad Rasulullah, 2001, hlm. 10
[4] . Download dari blog Adinda Praditya, (E-Book Kitab
Tauhid Karya Syekh Muhammad At-Tamimi), 2004, hlm. 20.
[6] . Dr. Syarif Hamdan Rajih Madinah Al-Munawwarah, Kalimat Tauhid Laa Ilaaha
Illallah Muhammad Rasulullah, 2001, hlm. 30.
0 comments:
Posting Komentar