Pemikiran Modern Muhammad Iqbal

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
 Dalam peradabannya umat Islam selalu mengalami perubahan dan perbaikan. Perubahan dan perbaikan tersebut, dimaksudkan untuk memberikan solusi bagi setiap umat dari masing-masing zaman. Terkadang, pemikiran umat Islam dalam peradabannya menjadikan umat Islam kuat dan bersatu, namun tidak jarang pula justru menjadikan umat Islam berpecah belah dan terkotak-kotak.
Dari dulu hingga sekarang, pemikiran manusia menjadi persoalan yang memerlukan kehati-hatian dalam menggunakannya, hal itu dikarenakan dampak dari fungsi akal itu tidak selamanya positif. Malah justru terkesan banyak negatifnya, mengingat bahwa manusia hanyalah seorang makhluk Tuhan. Hal itu, bukan hanya terjadi diluar orang Islam, tetapi juga terjadi dalam tubuh Islam itu sendiri.
Dari banyaknya pemikir-pemikir umat ini yang peduli akan perkembangan dan perubahan dunia, mereka memberikan gagasan-gagasannya bagi umat selanjutnya. Salah satunya Iqbal yang dalam pemikirannya menjadi pembahasan para ulama dan umat Islam lainnya dari masanya hingga sekarang, untuk diambil pelajaran yang positif dari apa yang diuraikan dan diterangkan oleh Iqbal. Dalam uraian karya ilmiah ini akan diuraikan tentang bagaimana pemikiran Iqbal bagi dunia Islam.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut.
a.       Bagaimanakah biografi Muhammad Iqbal?
b.      Bagaimana filosofi dan kerangka pemikiran Muhammad Iqbal tentang dinamisme Islam?
c.       Apa tujuan dinamisme Islam dalam pemikiran Iqbal?
d.      Apa saja karakter berpikir dinamis itu dan bagaimana mengapresiasi pemikiran Iqbal?
3.      Tujuan
Adapun tujuannya, yaitu:
a.       Untuk mengetahui Biografi Muhammad Iqbal,
b.      memahami filosofi dan kerangka pemikiran Iqbal tentang dinamisme Islam,
c.       Untuk mengetahui tujuan dinamisme Islam dalam pemikiran Iqbal, dan
d.      Untuk mengetahui karakter berpikir dinamis dan memberikan apresiasi terhadap pemikiran Iqbal.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia pergi ke Lohera dan ia belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjanaan M.A. di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold seorang orientalis yang memberikan dorongan untuk melanjutkan stadi di Inggris. Pada tahun 1905 ia pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi di Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat.
Dua tahun kemudian ia pindah ke Jerman dan disanalah ia memperoleh gelar Ph.D. dalam taswuf. Tesis doktoral yang dikemukakannya berjudul: The Development Of Metaphisics in Persia. Tahun 1908 ia kembali lagi di Lohera, di samping pekerjaannya menjadi pengacara ia menjadi dosen falsafat. Kemudian ia memasuki dunia politik pada tahun 1930 ia dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Ditahun 1933 ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usianya yang ke 62 ia meninggal tepatnya di tahun 1938.[1]
Muhammad Iqbal adalah seorang filsuf dan penyair. Syairnya menjadi hebat karena filsafatnya dan filsafatnya menjadi hebat karena syairnya. Iqbal yang merupakan murid Thomas Arnold sangat berpengaruh dalam menentukkan arah perjuangan umat Islam India. Ide-idenya tentang pembaruan dan politik mengantarkan umat Islam India menjadi suatu bangsa yang lepas dari bayangan-bayangan India, yakni Pakistan. Meskipun dia seorang penyair dan filsuf pemikirannya mengenai kemajuan dan kemunduran umat Islam sangat berpengaruh pada gerakan pembaruan Islam.[2]

B.     Filosofi dan Kerangka Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Dinamisme Islam
Dalam pembahasan ini, sekiranya diperlukan uraian mengenai siapa saja tokoh atau filosof-filosof barat yang mempengaruhi pemikiran Muhammad Iqbal. Maka, adapun para filosof yang dimaksud adalah Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel, Whitehead, Berkeley. Diantara sekian banyak filosof , Nietzsche dan Bergsonlah yang paling mempengaruhi Iqbal. Nietzsche dan Bergsonlah sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi.[3]
Sama dengan pembaharu-pembaharu lain, Iqbal berpendapat bahwa kemundurun umat Islam selama 500 tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam Islam telah sampai kepada keadaan statis. Kaum konservatif dalam Islam berpendapat bahwa rasionalisme yang ditimbulkan golongan Mu`tazilah akan membawa kepada disintegrasi dan dengan demikian berbahaya bagi kestabilan Islam sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif tersebut lari ke syari`at sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan diam.
Sebab lain terletak pada pengaruh zuhud yang terletak pada ajaran tasawuf. Menurut tasawuf yang mementingkan zuhud, perhatian harus memusatkan kepada Tuhan. Hal itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan sosial kemasyarakatan dalam Islam. Sebab terutama ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam di pertengahan abad ke 13.
Hukum dalam Islam menurut Iqbal tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Islam pada hakikatnya bersifat dinamisme, demikian pendapat Iqbal. Alquran senantiasa mengajarkan serta menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat pada alam, seperti matahari, bulan, bintang, pergantian siang dan malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dengan perubahan hal tersebut maka akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang. Menurut Iqbal konsep alam ialah bersifat dinamis atau berkembang.
Islam menolak konteks lama yang mengatakan bahwa alam itu bersifat statis. Islam mempertahankan konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial manusia. Dan prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan itu ialah ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembaharuan Islam.
Intisari hidup adalah gerak, sedang hidup ialah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa kafir yang aktif lebih baik dari muslim yang suka tidur. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak dan jangan tinggal diam.
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak berpendapat bahwa Baratlah yang harus dijadikan sebagai model. Kapitalisme dan Imperialisme Barat tidak dapat diterimanya. Barat menurut penilainnya, amat banyak dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuannya.[4]
Sebagaiman yang telah disinggung bahwa Iqbal menjadi Presiden Liga Muslimin di tahun 1930. Dalam hubungan ini baik disebut bahwa sebelum pergi ke Eropa, ia sebenarnya ialah seorang nasionalis India. Tetapi kemudian ia ubah pandangannya mengenai nasionalis, dikarenakan dalam pandangannya nasionalisme bukanlah ajaran islam. Alasannya ia curiga bahwa dibelakang nasionalisme india terletak konsep hinduisme dalam bentuk baru.
Di India terdapat dua umat besar dan dalam pelaksaan demokrasi barat india, kenyataan ini harus diperhatikan. Tuntutan umat islam untuk memperoleh pemerintahan sendiri, di dalam atau diluar kerajaan Inggris, adalah tuntutan yang wajar. India pada hakikatnya tersusun dari dua bangsa, bangsa islam dan bangsa hindu menuju pada pembentukan negara tersendiri, terpisah dari Negara hindu di India.
Tujuan membentuk negara tersendiri ini, ia tegaskan dalam rapat tahunan Liga Muslimin di tahun 1930. “saya ingin melihat Punjab, daerah perbatasan utara, sindi dan balutistan bergabung menjadi satu Negara.” Disinilah ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India. Tidak mengherankan kalo Iqbal dipandang sebagai “bapak Pakistan”.
Ide Iqbal bahwa umat Islam India merupakan suatu bangsa dan oleh karena itu memerlukan satu Negara tersendiri tidaklah bertentangan dengan pendiriannya tentang persaudaraan dan persatuan umat Islam. Ia bukanlah seorang nasionalis dalam arti yang sempit. Ia sebenarnya adalah seorang pan-Islamis. Islam, bukanlah nasionalisme dan bukan pula imperialisme, tetapi Liga Bangsa-Bangsa. Islam dapat menerima batas-batas yang memisahkan satu daerah dari yang lain dan dapat menerima perbedaan bangsa hanya untuk memudahkan soal hubungan antara sesama mereka. Batas dan perbedaan bangsa itu tidak boleh mempersempit ufuk pandangan umat Islam. Bagi Iqbal dunia Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas republik-republik, dan Pakistan yang akan dibentuk adalah salah satu dari republik itu.[5]
Pengaruh Iqbal dalam pembaharuan India ialah menimbulkan paham dinamisme dikalangan umat Islam dan menunjukkan jalan yang harus mereka tempuh untuk masa depan agar sebagai umat minoritas di anak benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-tekanan dari luar. 
C.     Tujuan Dinamisme Islam dalam Pemikiran Iqbal
Sebagaimana yang telah diuraikan, Iqbal menegaskan penolakannya kepada setiap pemahaman apa saja yang berkaitan dengan bangsa dan negara sebagai dasar masyarakat Islam. Nasionalisme menurut Iqbal, merupakan suatu alat yang bisa digunakan untuk memecah belah dunia muslim yang akan berakibat pada adanya pemisahan sesama manusia, terjadinya perpecahan antar bangsa-bangsa dan adanya pemisahan agama dari politik.
Maka dari itu ia dalam bukunya “Political Thought in Islam”, menegaskan bahwa cita-cita politik Islam adalah terbentuknya suatu bangsa yang lahir dari suatu internalisasi semua ras dan kebangsaan. Terpadunya ikatan batin masyarakat ini, muncul tidak dari kesatuan geografis dan etnis. Akan tetapi dari kesatuan cita-cita politik dan agamanya. Keanggotaan atau kewarganegaraannya didasarkan atas suatu pernyataan kesatuan pendapat yang hanya berakhir apabila kondisi ini tidak berlaku lagi.[6]
Dari uraian-uraian yag ada memberikan satu penjelasan bahwa tujuan Dinamisme Islam Muhammad Iqbal adalah:[7]
a. Perubahan pemahaman terhadap alam atau kenyataan, yaitu usaha mengembalikan pemahaman itu kepada pemahaman umat Islam terdahulu, bahwa dunia ini lapangan usaha, gerak, dan pengetahuan manusia. Jadi, ia bukanlah suatu yang harus ditakuti atau dianggap buruk.
b.      Pengungkapan beberapa prinsip-prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor-faktor yang mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini.
c.     Mengubah pola pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis. 
d.   Mengubah pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern agar Islam tidak ketinggalan zaman.
e.       Mengubah pemikiran agar mau untuk membuka pintu Ijtihad, karena menurutnya pintu ijtihad tidak pernah akan tertutup.
Jadi Iqbal dengan gerakan reformasi pemikiran keagamaan dalam Islam itu, menginginkan kembalinya kejayaan bagi umat Islam. Kejayaan bukan lantaran mengikuti salah satu filsafat barat, tapi karena pemahaman yang benar tentang Islam seperti pemahaman orang-orang muslim pertama. Agar terwujudnya umat Islam yang dinamis dilingkungannya.
Pemahaman yang benar tentang Islam, menurut Iqbal menjadikan alam materi dan alam nyata bukan suatu yang keji tapi sebagai lapangan perjuangan demi personalitas. Dengan alam yang realis itu maka kepribadian menjadi kuat, dengan perjuangan dalam dunia ini ia akan tetap eksis dan abadi. Jadi, keabadian personalitas menurut Iqbal adalah melalui perjuangan, dengan menundukkan segala rintangan bukan lari dari padanya.[8]
D.    Karakter Berpikir Dinamis dan Apresiasi terhadap Pemikiran Iqbal
1.      Karakter Berpikir Dinamis
Karakter berpikir dinamis yang dimaksud, yaitu:
1)      Pola berpikir kompleks, yang meliputi:[9]
a.       Berpikir kritis, dan
b.      Berpikir kreatif.
2)      Pola berpikir maju dan berkembang
3)      Harus memiliki pertahanan diri yang lebih besar
4)      Memiliki psikodinamika yang kompleks
5)      Memiliki kepribadian yang luas
2.      Apresiasi terhadap Pemikiran Iqbal
Berdasarkan apa yang diketahui bersama, Islam membutuhkan pemikir-pemikir zaman seperti Iqbal, mengingat bahwa dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan, dari yang skala kecil hingga besar. Hal ini tentu saja memiliki dampak bagi suatu umat yang hidup di zaman tersebut.
Ditambah umat Islam memiliki tugas untuk mempertahankan Aqidah Rasul, agar jangan sampai tergilas oleh kemajuan zaman. Sehingga disini kami selaku tim penulis, sangat menghargai pemikiran Iqbal, karena sebagaimana yang telah diuraikan bahwa kehidupan selalu bergerak dan mengalami perubahan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammad Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia pergi ke Lohera dan ia belajar disana sampai memperoleh gelar kesarjanaan M.A. di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold seorang orientalis yang memberikan dorongan untuk melanjutkan stadi di Inggris. Pada tahun 1905 ia pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi di Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat.
Hukum dalam Islam menurut Iqbal tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Islam pada hakikatnya bersifat dinamisme, demikian pendapat Iqbal. Alquran senantiasa mengajarkan serta menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat pada alam, seperti matahari, bulan, bintang, pergantian siang dan malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dengan perubahan hal tersebut maka akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang. Menurut Iqbal konsep alam ialah bersifat dinamis atau berkembang.
Tujuan dinamisme Islam pemikiran Iqbal adalah agar umat Islam selalu melakukan perubahan dan perbaikan serta tidak bersifat statis, padahal diperintahkan untuk bersifat dinamis.
Karakter berpikir dinamis adalah karakter berpikir yang bersifat kritis dan kreatif, yang terus berkembang dan maju. Sehingga orang yang berpikir dinamis tidak akan merasa tertinggal oleh zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Bahiy, Muhammad. 1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Arief, Fikri. 2011. Pemikiran Faham Dinamisme Islam Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl. 09. 25 WIB dari http://ruko-tarbiyah.blogspot.com/2011/10/pemikiran-faham-dinamisme-islam.html
Habibi, M. Fathir. 2011. Pemikiran Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl. 10.05 WIB dari http://fathirhabibie.blogspot.com/2011/03/pemikiran-muhammad-iqbal.html
Hamid, Abdul dan Yaya. 2010. Pemikiran Modern dalam Islam. Bandung:             Pustaka Setia.
Martmidjojo, Russamsi. 2009.  Berpikir. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl. 09.00 WIB dari  http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/11/apakah-berpikir-itu.html
Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam. Cetakan ke-3. Jakarta: Bulan Bintang.
Nur Al-Qalbi, ElQissah. 2012. Faham Dinamisme dalam Islam Menurut Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl. 09.10 WIB dari http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html
Habibi, M. Fathir. 2011. Pemikiran Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl. 10.05 WIB dari http://fathirhabibie.blogspot.com/2011/03/pemikiran-muhammad-iqbal.html







[1] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, 2003, Cetakan ke-3, Jakarta: Bulan Bintang, hlm. 183
[2] Drs. K.H. Abdul Hamid, M.Ag., dan Drs. Yaya, M.Ag., Pemikiran Modern dalam Islam, 2010, Bandung: Pustaka Setia, hlm. 161
[3] M. Fathir Habibi, Pemikiran Muhammad Iqbal, 2011, http://fathirhabibie.blogspot.com/2011/03/pemikiran-muhammad-iqbal.html
[4] Harun Nasution, 2003, Op.Cit., hlm. 184-186
[5] Ibid, hlm. 186-187
[6] Fikri Arief, 2011, Pemikiran Faham Dinamisme Islam Muhammad Iqbal, http://ruko-tarbiyah.blogspot.com/2011/10/pemikiran-faham-dinamisme-islam.html
[7] Alqissah Nur Al-Qalbi, 2012, Faham Dinamisme dalam Islam Menurut Muhammad Iqbal, http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html
[8] Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986, hal.264

Hakikat, Peranan dan Ruang Lingkup Kajian Psikologi Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang belajar. Maka, untuk sampai pada derajat yang disebut belajar manusia harus mampu mengadakan dan atau mengalami perubahan-perubahan. Baik itu perubahan tiap individu ataupun bahkan secara global. Namun, perubahan-perubahan yang diharapkan adalah perubahan ke arah yang baik, perubahan yang menjadikan manusia menjadi makhluk yang memelihara alam semesta sesuai dengan mandat dari Allah SWT. Sehingga manusia harus mencari dan mencapai hakikat belajar sampai sedalam-dalamnya.
Memasuki abad ke-19 beberapa ahli psikologi mengadakan penelitian eksperimental tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa eksperimen itupun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena manusia lebih cerdas daripada binatang.[1]
Sedemikian pentingnya sesuatu yang terdapat dalam belajar, hingga para ahli psikologi sampai melakukan penelitian yang begitu unik dan mungkin tidak terpikirkan bagi manusia biasa yang hidup tanpa berpikir kritis. Namun, penelitian mereka bukan berarti tidak memiliki manfaat atau kegunaan untuk penelitian selanjutnya, justru penelitian mereka terhadap binatang menjadi langkah awal untuk meneliti tentang bagaimana belajarnya manusia.
Diantara para ahli yang menggunakan binatang sebagai objek penelitiannya adalah Thorndike (1874-1949), terkenal dengan teori belajar Classical Conditioning, menggunakan anjing sebagai binatang uji coba, Skinner (1904) yang terkenal dengan teori belajar Operant Conditioning, menggunakan tikus dan burung merpati sebagai binatang uji coba.[2]
Penelitian para ahli psikologi diatas menunjukkan bahwa pembelajaran berarti terkait erat dengan psikologi. Dan ini menegaskan bahwa psikologi mempunyai posisi penting dalam proses pembelajaran manusia, karena sebagaimana kita memahami bersama bahwa kondisi psikologis seseorang memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang bersangkutan.
Oleh karenanya, agar lebih dekat dengan maksud psikologi belajar, sangat perlu sekiranya mempelajari lebih dalam mengenai psikologi belajar ini, baik itu mengenai hakikat psikologi belajarnya, peranan dan aspek-aspek atau ruang lingkup kajian psikologi belajar. Hal ini, diharapkan mampu menjadi penopang yang kokoh dalam memahami bahasan psikologi belajar selanjutnya.
B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1.    Apa yang dimaksud dengan hakikat psikologi pembelajaran?
2.    Bagaimana peranan psikologi dalam proses pembelajaran?
3.    Apa saja aspek atau ruang lingkup kajian psikologi belajar?
C.  Tujuan
Dari rumusan masalah diatas tujuannya, yakni:
1.    Untuk mengetahui maksud dari hakikat psikologi pembelajaran,
2.    Untuk memahami peranan psikologi pembelajaran, dan
3.    Untuk mengetahui aspek atau ruang lingkup kajian psikologi belajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Hakikat Psikologi Pembelajaran
Sebelum membahas mengenai apa hakikat yang terdapat dalam psikologi pembelajaran, terlebih dahulu akan diuraikan mengenai makna hakikat itu sendiri. Sebab, akan sangat kesulitan untuk memahami hakikat psikologi pembelajaran tanpa memahami makna ketiga kata dalam kalimat tersebut. Oleh karenanya, sangatlah penting diuraikan satu persatu dari ketiga kata tersebut.
1.    Pengertian Hakikat
Secara sederhana hakikat sering disamakan sebagai sesuatu yang mendasar, suatu esensi, yang substansial, yang hakiki, yang penting, yang diutamakan dan berbagai makna yang sepadan dengan pengertian tersebut. Akan tetapi, tidaklah cukup apabila hanya mengacu kepada pengertian yang sederhana seperti demikian. Oleh karenanya, penting sekiranya dilakukan kajian mendalam agar pemahaman mengenai hakikat dapat dimengerti secara luas. Namun, dalam uraian ini tidak akan diberikan penjelasan yang mendalam mengenai pengertian hakikat, karena dalam memahami hakikat juga banyak pembahasan didalamnya.
Hakikat merupakan syarat eksistensi. Lebih luas lagi beliau menguraikan bahwa hakikat tidak lain adalah  SESUATU yang mesti ada pada sesuatu  yang jikalau SESUATU itu tidak ada maka sesuatu  itu pun tidak wujud. Sesuatu yang digaris bawahi adalah simbol-simbol bereksistensi tapi eksistensinya ditentukan dalam sesuatu yang huruf besar. Sesuatu yang ditulis huruf besar itulah syarat yang menentukan adanya sesuatu yang digaris bawahi.[3]
Penjelasan diatas apabila dirumuskan dapat diterangkan bahwa SESUATU ditambah sesuatu sama dengan eksistensi, sedangkan sesuatu dikurangi SESUATU sama dengan non eksistensi, atau bisa digambarkan sebagai berikut. (S+s = E) atau (s+S = NE). Jadi, bisa dikatakan bahwa hakikat itu adalah sesuatu yang menjadi dasar sesuatu, yang penting bagi keberadaan sesuatu. Dalam hal ini hakikat keberadaan psikologi pembelajaran.
Sementara itu pengertian lain, hakikat  adalah berupa apa yang membuat sesuatu terwujud. Dengan kata lain dapat dirumuskan, hakikat adalah unsur utama yang mengujudkan sesuatu. Hakikat mengacu kepada  faktor utama yang lebih fundamental. Faktor utama tersebut wajib ada dan merupakan suatu kemestian. Hakekat selalu ada dalam keadaan sifatnya tidak berubah-rubah. Tanpa faktor utama tersebut sesuatu tidak akan bermakna sebagai wujud yang kita maksudkan. Karena hakekat merupakan faktor utama yang wajib ada, maka esensi-nya itu tidak dapat dipungkiri atau dinafikan. Keberadaannya (eksistensi-nya) itu di setiap tempat dan waktu tidak berubah. Dengan kata lain hakikat itu adalah pokok atau inti dari yang ada. Tidak akan pernah ada sebuah atribut jika tidak ada hakikat.[4]
Dua uraian tentang makna hakikat diatas cukuplah mewakili pengertian hakikat secara sederhananya. Jadi, dengan demikian dapat dikatakan bahwa hakikat merupakan makna sebenarnya dari segala sesuatu yang menjadi dasar keberadaan sesuatu.
2.    Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang artinya jiwa dan logo artinya ilmu. Maka, secara harfiah psikologi adalah ilmu jiwa atau lebih tepatnya ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi, dalam sejarah perkembangannya kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia. Ini disebabkan karena jiwa yang mengandung arti abstrak itu sangatlah sulit dipelajari secara obyektif. Kecuali itu keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir seluruh tingkah laku.[5]
Banyak pengertian mengenai psikologi yang dikemukakan oleh para ahli, namun dalam uraian ini ada beberapa pengertian psikologi, diantaranya:[6]
a.    Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang aktivitas manusia (behaviorisme radikal).
b.  Psikologi sebagai psikologi filsafat menurut Plato sekitar pada tahun 400 SM adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat dan hidup jiwa manusia.
c.  Psikologi menurut aliran ilmu-ilmu pengetahuan alam/empiris dan rasionalisme abad XVII adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kesadaran atau gejala-gejala kesadaran.
d.   Psikologi menurut aliran psikologi-dalam (freudianisme) adalah ilmu yang mempelajari baik gejala-gejala kesadaran maupun gejala-gejala ketidaksadaran serta gejala-gejala dibawah sadar.
e.   Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari semua tingkah laku dan perbuatan individu, dalam mana individu tersebut tidak dapat dilepaskan dari lingkungan. Pelaksanaan secara ilmiah. daripada psikologi dilakukan dengan jalan mengumpulkan dan mencatat serta teliti tingkah laku manusia selengkap mungkin, dan berusa menjauhkan diri dari segala prasangka. Sehingga orang mendapatkan jawaban yang tepercaya menganai pelbagai pertanyaan teoritis dan praktis. ( Robert s. Wood-worth.)
f.    Psikologi menurut Mac Dougall pada awal abad ke-20 adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau human behavior. Karena itu psikologi di golongkan dalam aliran behaviorism. Aliran ini diwakili oleh tokoh-tokoth Mac Dougllas, Throndike, dan Waston dari Amerika serikat, dan A.Pavlov serta Von Bechterew dari Rusia.
3.    Pengertian Belajar
Sebelum membahas pengertian belajar, perlu sekali memahami tentang perintah belajar terlebih dahulu. Belajar adalah proses perubahan menuju arah yang positif. Adapun perintah belajar tercantum dalam Q.S Al-`Alaq yang berbunyi:
اقْرَØ£ْ بِاسْÙ…ِ رَبِّÙƒَ الَّØ°ِÙŠ Ø®َÙ„َÙ‚َ [٩٦:Ù¡] Ø®َÙ„َÙ‚َ الْØ¥ِنسَانَ Ù…ِÙ†ْ عَÙ„َÙ‚ٍ [٩٦:Ù¢] اقْرَØ£ْ ÙˆَرَبُّÙƒَ الْØ£َÙƒْرَÙ…ُ [٩٦:Ù£] الَّØ°ِÙŠ عَÙ„َّÙ…َ بِالْÙ‚َÙ„َÙ…ِ [٩٦:Ù¤] عَÙ„َّÙ…َ الْØ¥ِنسَانَ Ù…َا Ù„َÙ…ْ ÙŠَعْÙ„َÙ…ْ [٩٦:Ù¥]
Artinya: Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan sekalian makhluk (1). Yang menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah (3). Yang mengajarkan manusia melalui pena dan tulisan (4). DIA mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5).[7]
Jadi, dalam ajaran Islam, belajar adalah perintah penting karena Nabi SAW saja belajar. Maka sudah sepantasnya kita juga belajar agar dapat menjadi umat yang mengikuti nabinya. Dalam ayat terebut juga, manusia dituntun agar selalu mendahulukan Allah dalam segala kegiatan kita, termasuk belajar. Oleh karenanya, sangat bagus sekali ketika sebelum memulai pembelajaran, agar berdo`a kepada Allah SWT terlebih dahulu.
Belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain, perilaku adalah satu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati.[8] Dalam pengertian ini, berarti belajar adalah perubahan perilaku yang diamati. Atau bisa juga ditambahkan, belajar adalah perubahan perilaku yang dapat diamati menuju arah yang lebih baik. Pengertian lainnya bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran.[9]
Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan belajar dan mengajar antara guru dan siswanya. Guru sebagai orang yang memberikan pengajaran dan siswa sebagai orang yang siap menerima pengajaran. Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respons (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).[10] Sementara itu, menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sedangkan dari dua kata apabila digabungkan yakni psikologi dan belajar, maka menjadi psikologi belajar. Maksudnya adalah sebuah disiplin psikologi yang berisi teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana cara individu belajar atau melakukan pembelajaran.[11] Jadi dari uraian-uraian diatas dapat dikatakan bahwa hakikat psikologi belajar bermaksud memahami makna belajar dari kacamata psikologi dan menerapkan psikologi dalam belajar. Sehingga nanti akan dipelajari lebih dalam mengenai psikologi dalam proses pembelajaran.
B.  Peranan Psikologi Pembelajaran
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa psikologi sebagai ilmu pengetahuan berupaya memahami keadaan dan perilaku manusia, sedangkan belajar merupakan kegiatan manusia yang berhubungan dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Maka, agar kegiatan tersebut memperoleh hasil yang maksimal sesuai harapan secara tidak langsung membutuhkan suatu pemahaman tentang psikologi.
Tujuan dari mempelajari psikologi belajar adalah agar manusia mempunyai pemahaman lebih tentang individu, baik dirinya sendiri maupun orang lain serta dari hasil pemahaman tersebut seseorang diharapkan dapat bertindak ataupun memberikan perlakuan yang bijaksana.[12]
Psikologi memiliki peran dalam pendidikan baik itu dalam belajar maupun pembelajaran. Pengetahuan psikologi sangat diperlukan oleh seorang guru atau instruktur sebagai pengajar, pengajar, pelatih, pembimbing dan pengasuh dalam memahami karakteristik kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik secara integral.
Pemahaman psikologis peserta didik oleh pihak guru atau instruktur di industri pendidikan memiliki kontribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan peserta didik sesuai dengan sikap, minat, motivasi, aspirasi dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal. Berikut beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran.[13]
1.       Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian dan lain-lain.
2.        Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran.
3.        Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran.
4.        Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran.
5.        Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
6.        Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
7.        Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
8.        Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
9.        Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
10.    Memahami dan mengembangkan kepribadian serta profesi guru.
11.    Membimbing perkembangan siswa.
Selanjutnya, uraian mengenai peran psikologi sebagai pemberi jalan untuk mendapatkan pemecahan atas masalah-masalah sebagai berikut.[14]
1.        Perubahan pada anak didik selama dalam proses pendidikan.
2.        Pengaruh pembawaan dan lingkungan atas hasil belajar.
3.        Teori dan proses belajar.
4.        Hubungan antara teknik mengajar dan hasil belajar.
5.        Perbandingan hasil pendidikan formal dengan pendidikan informal atas diri individu.
6.        Pengaruh kondisi sosial anak didik atas pendidikan yang diterimanya.
7.        Nilai sikap ilmiah atas pendidikan yang dimiliki oleh para petugas pendidikan.
8.        Pengaruh interaksi antara guru dan murid serta antara murid dan murid.
9.        Hambatan, kesulitan, ketegangan dan sebagainya yang dialami oleh anak didik selama proses pendidikan.
10.    Pengaruh perbedaan individu yang satu dengan individu yang lain dalam batas kemampuan belajar.
Apabila diperhatikan mengenai peranan psikologi diatas, maka sangat jelas nampak fungsi dan kegunaan mempelajari psikologi dalam dunia pendidikan. Sebagaimana yang diuraikan, bahwa seorang guru hendaknya dapat menjadi figur yang mampu memahami muridnya ketika sedang memberikan pengajaran di kelas. Sehingga, dengan demikian murid merasa diperhatikan dan guru menjadi lebih bijak dalam menyampaikan materi di kelas untuk selanjutnya.
Oleh karenanya, psikologi dalam proses pembelajaran  merupakan suatu asupan  yang positif dalam dunia pendidikan. Maka, karena sangat pentingnya psikologi diharapkan semua pihak dalam lembaga pendidikan memahami apa dan bagaimana psikologi berperan dalam pendidikan. Dengan begitu, proses pendidikan dan pembelajaran akan lebih maksimal, meskipun hasilnya dikembalikan lagi kepada Allah SWT.
C.  Aspek atau Ruang Lingkup Psikologi Belajar
Setiap disiplin ilmu yang ada seluruhnya memiliki ruang lingkup pembahasan masing-masing. Sehingga apa yang akan dikaji dalam suatu topik tidak akan keluar dari pembahasan pokoknya, dan ini menjadikan suatu disiplin ilmu tersebut menjadi tepat sasaran bahasannya dan sebagainya. Dan ruang lingkup juga tidak hanya dalam materi perkuliahan dan sekolah-sekolah saja, melainkan juga yang bukan dari itu. Oleh karenanya, agar lebih tahu sedikit tentang ruang lingkup, berikut akan diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertiannya.
Ruang lingkup adalah batasan. Ruang lingkup juga dapat dikemukakan pada bagian variabel-variabel yang diteliti, populasi atau subyek penelitian dan lokasi penelitian. Penggambaran ruang lingkup dapat kita nilai dari data karakteristik responden perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran yang komprehensif tentang bagaimana keadaan responden penelitian yang dilakukan, yang boleh jadi diperlukan untuk melihat data hasil pengukuran variabel-variabel pengukuran yang diteliti.[15] Lebih jelasnya ruang lingkup adalah suatu batasan dalam sebuah pembahasan materi atau sesuatu agar tidak keluar dari alur pembahasan, dan selalu terkait dalam tema yang bersangkutan.
Sebagai sebuah disiplin ilmu yang merupakan cabang dari psikologi, yang kajiannya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup disekitar masalah belajar saja. Oleh karenanya, tidak aneh apabila ruang lingkup psikologi belajar terdapat juga dalam kajian psikologi pendidikan. Ini dikarenakan, psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah. Karenanya, masalah belajar mendapat sorotan yang besar dalam psikologi pendidikan.
Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar. Berikut uraian-uraian mengenai hal tersebut.[16]
1.    Pokok Bahasan Mengenai Belajar
Ada beberapa pokok bahasan mengenai belajar, yaitu:
a.    Teori-teori belajar.
b.    Prinsip-prinsip belajar.
c.    Hakikat belajar.
d.   Jenis-jenis belajar.
e.    Aktivitas-aktivitas belajar.
f.     Teknik belajar efektif.
g.    Karakteristik perubahan hasil belajar.
h.    Manifestasi perilaku belajar.
i.      Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
2.    Pokok Bahasan Mengenai Proses Belajar
Berikut ini pokok bahasan mengenai proses belajar, yaitu:
a.    Tahapan perbuatan belajar.
b.    Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar.
c.    Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu.
d.   Pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar.
e.    Signifikansi perbedaan individual dalam kecepatan memproses kesan dan keterbatasan kapasitas individu dalam belajar.
f.     Masalah proses lupa dan kemampuan individu memproses perolehannya melalui transfer belajar.
3.    Pokok Bahasan Mengenai Situasi Belajar
Adapun pokok bahasan mengenai situasi belajarnya, yakni:
a.       Suasana dan keadaan lingkungan fisik.
b.      Suasana dan keadaan lingkungan non-fisik.
c.       Suasana dan keadaan lingkungan sosial.
d.      Suasana dan keadaan lingkungan non-sosial.
Ruang lingkup yang disebutkan diatas merupakan persoalan dan pokok pembahasan yang akan menjadi kajian bersama dalam mempelajari psikologi belajar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Psikologi Belajar adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan terkait dengan proses kesadaran diri untuk mengembangkan diri ke arah yang lebih baik. hakikat psikologi belajar bermaksud memahami makna belajar dari kacamata psikologi dan menerapkan psikologi dalam belajar. Sehingga nanti akan dipelajari lebih dalam mengenai psikologi dalam proses pembelajaran.
Berikut beberapa peran penting psikologi dalam proses pembelajaran.
a)    Memahami siswa sebagai pelajar, meliputi perkembangannya, tabiat, kemampuan, kecerdasan, motivasi, minat, fisik, pengalaman, kepribadian dan lain-lain.
b)   Memahami prinsip-prinsip dan teori pembelajaran.
c)    Memilih metode-metode pembelajaran dan pengajaran.
d)   Menetapkan tujuan pembelajaran dan pengajaran.
e)    Menciptakan situasi pembelajaran dan pengajaran yang kondusif.
f)    Memilih dan menetapkan isi pengajaran.
g)   Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
h)   Memilih alat bantu pembelajaran dan pengajaran.
i)     Menilai hasil pembelajaran dan pengajaran.
j)     Memahami dan mengembangkan kepribadian serta profesi guru.
k)   Membimbing perkembangan siswa.
Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar dan situasi belajar. Berikut uraian-uraian mengenai hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Latief, Juraid. 2006. Manusia, Filsafat dan Sejarah. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Al-Qur`an. Surat Al-`Alaq Ayat 1-5.
A. Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Bahri Djamarah, Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Brilin, Andi. 2010. Psikologi dalam Belajar dan Pembelajaran. Diunduh pada pkl. 22.00 WIB. Sabtu, 14 September 2013 melalui http://andibrilinunm.blogspot.com/2010/03/peran-psikologi-dalam-belajar-dan.html.
B. Uno, Hamzah. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dirgagunarsa, Singgih. 1983. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara.
Hamdallah Fandy, Riefky. 2011. Pengertian Ruang Lingkup. Diunduh pada pkl. 22.00 WIB. Sabtu, 14 September 2013 melalui http://riefkyhamdallahfandy.wordpress.com/2011/04/25/pengertian-ruang-lingkup/.
Hakim, Zainal. 2013. Peran Psikologi dalam Pendidikan. Diunduh pada pkl. 22.00 WIB. Sabtu, 14 September 2013 melalui http://www.zainalhakim.web.id/peran-psikologi-dalam-dunia-pendidikan.html.
Ichal, Faisal. 2013. Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Diunduh pada pkl. 22.00 WIB. Sabtu, 14 September 2013 melalui http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html.
Julias HR. 2010. Pengertian Hakikat. Diunduh pada pkl. 22.00 WIB. Sabtu, 14 September 2013 melalui  http://jalius12.wordpress.com/2010/12/06/pengertian-hakekat/.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


[1] Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, Cetakan ke-4, 2010, Hlm. 6
[2] Ibid.
[3] Juraid Abdul Latief, Manusia, Filsafat dan Sejarah, 2006, hlm. 14
[5] Prof. Dr. Singgih Dirgagunarsa, Pengantar Psikologi, 1983, Cetakan ke-2, hlm. 9
[6] Dr. Kartini Kartono, Psikologi Umum, 1996, Cetakan ke-3, hlm. 2
[7] Al-Qur`an.
[8] Arsyad, A., Media Pembelajaran, 2011, hlm. 3
[9] Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar, 2003, hlm. 64
[10] Faisal Ichal, Pengertian Belajar dan Pembelajaran, 2013, http://ichaledutech.blogspot.com/2013/03/pengertian-belajar-pengertian.html
[11] Dr. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2011, hlm. 3
[12] Andi Brilin, Peran Psikologi dalam Belajar dan Pembelajaran, 2010, http://andibrilinunm.blogspot.com/2010/03/peran-psikologi-dalam-belajar-dan.html
[13] Zainal Hakim, Peran Psikologis dalam Dunia Pendidikan, 2013, http://www.zainalhakim.web.id/peran-psikologi-dalam-dunia-pendidikan.html
[14] Ibid.
[15] Riefky Hamdallah Fandy, Pengertian Ruang Lingkup, 2011, http://riefkyhamdallahfandy.wordpress.com/2011/04/25/pengertian-ruang-lingkup/
[16] Dr. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, 2011, hlm. 3
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. R U D I N I - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger