BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Dalam peradabannya umat Islam selalu mengalami perubahan dan perbaikan.
Perubahan dan perbaikan tersebut, dimaksudkan untuk memberikan solusi bagi
setiap umat dari masing-masing zaman. Terkadang, pemikiran umat Islam dalam
peradabannya menjadikan umat Islam kuat dan bersatu, namun tidak jarang pula
justru menjadikan umat Islam berpecah belah dan terkotak-kotak.
Dari dulu hingga sekarang,
pemikiran manusia menjadi persoalan yang memerlukan kehati-hatian dalam
menggunakannya, hal itu dikarenakan dampak dari fungsi akal itu tidak selamanya
positif. Malah justru terkesan banyak negatifnya, mengingat bahwa manusia
hanyalah seorang makhluk Tuhan. Hal itu, bukan hanya terjadi diluar orang
Islam, tetapi juga terjadi dalam tubuh Islam itu sendiri.
Dari banyaknya pemikir-pemikir umat ini yang peduli
akan perkembangan dan perubahan dunia, mereka memberikan gagasan-gagasannya
bagi umat selanjutnya. Salah satunya Iqbal yang dalam pemikirannya menjadi
pembahasan para ulama dan umat Islam lainnya dari masanya hingga sekarang,
untuk diambil pelajaran yang positif dari apa yang diuraikan dan diterangkan
oleh Iqbal. Dalam uraian karya ilmiah ini akan diuraikan tentang bagaimana
pemikiran Iqbal bagi dunia Islam.
2.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diambil rumusan
masalahnya sebagai berikut.
a.
Bagaimanakah
biografi Muhammad Iqbal?
b.
Bagaimana
filosofi dan kerangka pemikiran Muhammad Iqbal tentang dinamisme Islam?
c.
Apa tujuan
dinamisme Islam dalam pemikiran Iqbal?
d.
Apa saja
karakter berpikir dinamis itu dan bagaimana mengapresiasi pemikiran Iqbal?
3.
Tujuan
Adapun tujuannya, yaitu:
a.
Untuk
mengetahui Biografi Muhammad Iqbal,
b.
memahami
filosofi dan kerangka pemikiran Iqbal tentang dinamisme Islam,
c.
Untuk
mengetahui tujuan dinamisme Islam dalam pemikiran Iqbal, dan
d.
Untuk
mengetahui karakter berpikir dinamis dan memberikan apresiasi terhadap pemikiran
Iqbal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Muhammad Iqbal
Muhammad
Iqbal berasal dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun
1876. Untuk meneruskan studi ia pergi ke Lohera dan ia belajar disana sampai
memperoleh gelar kesarjanaan M.A. di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas
Arnold seorang orientalis yang memberikan dorongan untuk melanjutkan stadi di
Inggris. Pada tahun 1905 ia pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi di
Universitas Cambridge untuk mempelajari filsafat.
Dua
tahun kemudian ia pindah ke Jerman dan disanalah ia memperoleh gelar Ph.D.
dalam taswuf. Tesis doktoral yang dikemukakannya berjudul: The Development Of Metaphisics in Persia. Tahun
1908 ia kembali lagi di Lohera, di samping pekerjaannya menjadi pengacara ia
menjadi dosen falsafat. Kemudian ia memasuki dunia politik pada tahun 1930 ia
dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Ditahun 1933 ia diundang ke Afghanistan
untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul. Dalam usianya yang ke 62 ia
meninggal tepatnya di tahun 1938.[1]
Muhammad Iqbal adalah seorang
filsuf dan penyair. Syairnya menjadi hebat karena filsafatnya dan filsafatnya
menjadi hebat karena syairnya. Iqbal yang merupakan murid Thomas Arnold sangat
berpengaruh dalam menentukkan arah perjuangan umat Islam India. Ide-idenya
tentang pembaruan dan politik mengantarkan umat Islam India menjadi suatu
bangsa yang lepas dari bayangan-bayangan India, yakni Pakistan. Meskipun dia
seorang penyair dan filsuf pemikirannya mengenai kemajuan dan kemunduran umat
Islam sangat berpengaruh pada gerakan pembaruan Islam.[2]
B. Filosofi
dan Kerangka Pemikiran Muhammad Iqbal tentang Dinamisme Islam
Dalam pembahasan ini, sekiranya diperlukan
uraian mengenai siapa saja tokoh atau filosof-filosof barat yang mempengaruhi
pemikiran Muhammad Iqbal. Maka, adapun para filosof yang dimaksud adalah Thomas Aquinas, Bergson, Nietzsche, Hegel, Whitehead, Berkeley. Diantara
sekian banyak filosof , Nietzsche dan Bergsonlah yang paling mempengaruhi
Iqbal. Nietzsche dan Bergsonlah sangat mempengaruhi Iqbal khususnya konsepnya
tentang hidup sebagai kehendak kreatif yang terus bergerak menuju realisasi.[3]
Sama
dengan pembaharu-pembaharu lain, Iqbal berpendapat bahwa kemundurun umat Islam
selama 500 tahun terakhir disebabkan oleh kebekuan dalam pemikiran. Hukum dalam
Islam telah sampai kepada keadaan statis. Kaum konservatif dalam Islam
berpendapat bahwa rasionalisme yang ditimbulkan golongan Mu`tazilah akan
membawa kepada disintegrasi dan dengan demikian berbahaya bagi kestabilan Islam
sebagai kesatuan politik. Untuk memelihara kesatuan itu, kaum konservatif
tersebut lari ke syari`at sebagai alat yang ampuh untuk membuat umat tunduk dan
diam.
Sebab
lain terletak pada pengaruh zuhud yang terletak pada ajaran tasawuf. Menurut
tasawuf yang mementingkan zuhud, perhatian harus memusatkan kepada Tuhan. Hal
itu akhirnya membawa kepada keadaan umat kurang mementingkan sosial kemasyarakatan
dalam Islam. Sebab terutama ialah hancurnya Baghdad, sebagai pusat kemajuan
pemikiran umat Islam di pertengahan abad ke 13.
Hukum
dalam Islam menurut Iqbal tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai
dengan perkembangan zaman. Islam pada hakikatnya bersifat dinamisme, demikian
pendapat Iqbal. Alquran senantiasa mengajarkan serta menganjurkan pemakaian
akal terhadap ayat atau tanda yang terdapat pada alam, seperti matahari, bulan,
bintang, pergantian siang dan malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli
dengan perubahan hal tersebut maka akan tinggal buta terhadap masa yang akan
datang. Menurut Iqbal konsep alam ialah bersifat dinamis atau berkembang.
Islam
menolak konteks lama yang mengatakan bahwa alam itu bersifat statis. Islam mempertahankan
konsep dinamisme dan mengakui adanya gerak dan perubahan dalam hidup sosial
manusia. Dan prinsip yang dipakai dalam soal gerak dan perubahan itu ialah
ijtihad. Ijtihad mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pembaharuan
Islam.
Intisari
hidup adalah gerak, sedang hidup ialah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada
umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru. Begitu tinggi ia
menghargai gerak, sehingga ia menyebut bahwa kafir yang aktif lebih baik dari
muslim yang suka tidur. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya
bergerak dan jangan tinggal diam.
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak
berpendapat bahwa Baratlah yang harus dijadikan sebagai model. Kapitalisme dan
Imperialisme Barat tidak dapat diterimanya. Barat menurut penilainnya, amat
banyak dipengaruhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama, yang
harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuannya.[4]
Sebagaiman yang telah disinggung
bahwa Iqbal menjadi Presiden Liga Muslimin di tahun 1930. Dalam hubungan ini
baik disebut bahwa sebelum pergi ke Eropa, ia sebenarnya ialah seorang
nasionalis India. Tetapi kemudian ia ubah pandangannya mengenai nasionalis,
dikarenakan dalam pandangannya nasionalisme bukanlah ajaran islam. Alasannya ia
curiga bahwa dibelakang nasionalisme india terletak konsep hinduisme dalam
bentuk baru.
Di India terdapat dua umat besar
dan dalam pelaksaan demokrasi barat india, kenyataan ini harus diperhatikan.
Tuntutan umat islam untuk memperoleh pemerintahan sendiri, di dalam atau diluar
kerajaan Inggris, adalah tuntutan yang wajar. India pada hakikatnya tersusun
dari dua bangsa, bangsa islam dan bangsa hindu menuju pada pembentukan negara
tersendiri, terpisah dari Negara hindu di India.
Tujuan membentuk negara tersendiri
ini, ia tegaskan dalam rapat tahunan Liga Muslimin di tahun 1930. “saya ingin
melihat Punjab, daerah perbatasan utara, sindi dan balutistan bergabung menjadi
satu Negara.” Disinilah ide dan tujuan membentuk Negara tersendiri diumumkan
secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India.
Tidak mengherankan kalo Iqbal dipandang sebagai “bapak Pakistan”.
Ide Iqbal bahwa umat Islam India
merupakan suatu bangsa dan oleh karena itu memerlukan satu Negara tersendiri
tidaklah bertentangan dengan pendiriannya tentang persaudaraan dan persatuan
umat Islam. Ia bukanlah seorang nasionalis dalam arti yang sempit. Ia
sebenarnya adalah seorang pan-Islamis. Islam, bukanlah nasionalisme dan bukan
pula imperialisme, tetapi Liga Bangsa-Bangsa. Islam dapat menerima batas-batas
yang memisahkan satu daerah dari yang lain dan dapat menerima perbedaan bangsa
hanya untuk memudahkan soal hubungan antara sesama mereka. Batas dan perbedaan
bangsa itu tidak boleh mempersempit ufuk pandangan umat Islam. Bagi Iqbal dunia
Islam seluruhnya merupakan satu keluarga yang terdiri atas republik-republik,
dan Pakistan yang akan dibentuk adalah salah satu dari republik itu.[5]
Pengaruh Iqbal dalam pembaharuan
India ialah menimbulkan paham dinamisme dikalangan umat Islam dan menunjukkan jalan
yang harus mereka tempuh untuk masa depan agar sebagai umat minoritas di anak
benua itu mereka dapat hidup bebas dari tekanan-tekanan dari luar.
C. Tujuan
Dinamisme Islam dalam Pemikiran Iqbal
Sebagaimana yang telah diuraikan, Iqbal menegaskan penolakannya
kepada setiap pemahaman apa saja yang berkaitan dengan bangsa dan negara
sebagai dasar masyarakat Islam. Nasionalisme menurut Iqbal, merupakan suatu
alat yang bisa digunakan untuk memecah belah dunia muslim yang akan berakibat
pada adanya pemisahan sesama manusia, terjadinya perpecahan antar bangsa-bangsa
dan adanya pemisahan agama dari politik.
Maka dari itu ia dalam bukunya “Political Thought in Islam”,
menegaskan bahwa cita-cita politik Islam adalah terbentuknya suatu bangsa yang
lahir dari suatu internalisasi semua ras dan kebangsaan. Terpadunya ikatan
batin masyarakat ini, muncul tidak dari kesatuan geografis dan etnis. Akan
tetapi dari kesatuan cita-cita politik dan agamanya. Keanggotaan atau
kewarganegaraannya didasarkan atas suatu pernyataan kesatuan pendapat yang
hanya berakhir apabila kondisi ini tidak berlaku lagi.[6]
Dari
uraian-uraian yag ada memberikan satu penjelasan bahwa tujuan Dinamisme Islam Muhammad
Iqbal adalah:[7]
a. Perubahan
pemahaman terhadap alam atau kenyataan, yaitu usaha mengembalikan pemahaman itu
kepada pemahaman umat Islam terdahulu,
bahwa dunia ini lapangan usaha, gerak, dan pengetahuan manusia. Jadi, ia
bukanlah suatu yang harus ditakuti atau dianggap buruk.
b.
Pengungkapan
beberapa prinsip-prinsip Islam yang semuanya merupakan faktor-faktor yang
mendorong manusia bergerak dan berusaha di alam nyata ini.
c. Mengubah pola
pemikiran manusia dari statis kearah yang dinamis.
d. Mengubah
pemikiran umat Islam agar sesuai dengan perkembangan IPTEK dan falsafah modern
agar Islam tidak ketinggalan zaman.
e.
Mengubah
pemikiran agar mau untuk membuka pintu Ijtihad, karena menurutnya pintu ijtihad
tidak pernah akan tertutup.
Jadi Iqbal dengan gerakan reformasi
pemikiran keagamaan dalam Islam itu, menginginkan kembalinya kejayaan bagi umat
Islam. Kejayaan bukan lantaran mengikuti salah satu filsafat barat, tapi karena
pemahaman yang benar tentang Islam seperti pemahaman orang-orang muslim
pertama. Agar terwujudnya umat Islam yang dinamis dilingkungannya.
Pemahaman yang benar tentang Islam, menurut Iqbal menjadikan alam
materi dan alam nyata bukan suatu yang keji tapi sebagai lapangan perjuangan
demi personalitas. Dengan alam yang realis itu maka kepribadian menjadi kuat,
dengan perjuangan dalam dunia ini ia akan tetap eksis dan abadi. Jadi,
keabadian personalitas menurut Iqbal adalah melalui perjuangan, dengan
menundukkan segala rintangan bukan lari dari padanya.[8]
D.
Karakter
Berpikir Dinamis dan Apresiasi terhadap Pemikiran Iqbal
1.
Karakter
Berpikir Dinamis
Karakter
berpikir dinamis yang dimaksud, yaitu:
1)
Pola berpikir kompleks,
yang meliputi:[9]
a.
Berpikir
kritis, dan
b.
Berpikir kreatif.
2)
Pola berpikir
maju dan berkembang
3)
Harus memiliki
pertahanan diri yang lebih besar
4)
Memiliki psikodinamika
yang kompleks
5)
Memiliki
kepribadian yang luas
2.
Apresiasi
terhadap Pemikiran Iqbal
Berdasarkan
apa yang diketahui bersama, Islam membutuhkan pemikir-pemikir zaman seperti
Iqbal, mengingat bahwa dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan selalu mengalami
perubahan, dari yang skala kecil hingga besar. Hal ini tentu saja memiliki
dampak bagi suatu umat yang hidup di zaman tersebut.
Ditambah
umat Islam memiliki tugas untuk mempertahankan Aqidah Rasul, agar jangan sampai
tergilas oleh kemajuan zaman. Sehingga disini kami selaku tim penulis, sangat
menghargai pemikiran Iqbal, karena sebagaimana yang telah diuraikan bahwa
kehidupan selalu bergerak dan mengalami perubahan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Muhammad Iqbal berasal
dari golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkol pada tahun 1876. Untuk
meneruskan studi ia pergi ke Lohera dan ia belajar disana sampai memperoleh
gelar kesarjanaan M.A. di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold seorang
orientalis yang memberikan dorongan untuk melanjutkan stadi di Inggris. Pada
tahun 1905 ia pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi di Universitas Cambridge
untuk mempelajari filsafat.
Hukum dalam Islam
menurut Iqbal tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Islam pada hakikatnya bersifat dinamisme, demikian pendapat
Iqbal. Alquran senantiasa mengajarkan serta menganjurkan pemakaian akal
terhadap ayat atau tanda yang terdapat pada alam, seperti matahari, bulan, bintang,
pergantian siang dan malam dan sebagainya. Orang yang tidak peduli dengan
perubahan hal tersebut maka akan tinggal buta terhadap masa yang akan datang.
Menurut Iqbal konsep alam ialah bersifat dinamis atau berkembang.
Tujuan dinamisme Islam
pemikiran Iqbal adalah agar umat Islam selalu melakukan perubahan dan perbaikan
serta tidak bersifat statis, padahal diperintahkan untuk bersifat dinamis.
Karakter berpikir
dinamis adalah karakter berpikir yang bersifat kritis dan kreatif, yang terus
berkembang dan maju. Sehingga orang yang berpikir dinamis tidak akan merasa
tertinggal oleh zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bahiy, Muhammad. 1986. Pemikiran Islam Modern.
Jakarta: Pustaka Panjimas.
Arief, Fikri.
2011. Pemikiran Faham Dinamisme Islam Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl. 09. 25
WIB dari http://ruko-tarbiyah.blogspot.com/2011/10/pemikiran-faham-dinamisme-islam.html
Habibi, M.
Fathir. 2011. Pemikiran Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl.
10.05 WIB dari http://fathirhabibie.blogspot.com/2011/03/pemikiran-muhammad-iqbal.html
Hamid, Abdul dan Yaya. 2010. Pemikiran Modern dalam Islam.
Bandung: Pustaka Setia.
Martmidjojo, Russamsi. 2009. Berpikir. Diunduh pada 7 Oktober 2013
pkl. 09.00 WIB dari http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/11/apakah-berpikir-itu.html
Nasution, Harun. 2003. Pembaharuan dalam Islam. Cetakan
ke-3. Jakarta: Bulan Bintang.
Nur Al-Qalbi, ElQissah. 2012. Faham Dinamisme dalam Islam
Menurut Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl. 09.10 WIB dari http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html
Habibi, M.
Fathir. 2011. Pemikiran Muhammad Iqbal. Diunduh pada 7 Oktober 2013 pkl.
10.05 WIB dari http://fathirhabibie.blogspot.com/2011/03/pemikiran-muhammad-iqbal.html
[1] Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, 2003, Cetakan ke-3, Jakarta: Bulan Bintang,
hlm. 183
[2] Drs. K.H.
Abdul Hamid, M.Ag., dan Drs. Yaya, M.Ag., Pemikiran Modern dalam Islam, 2010,
Bandung: Pustaka Setia, hlm. 161
[3] M. Fathir
Habibi, Pemikiran Muhammad Iqbal, 2011, http://fathirhabibie.blogspot.com/2011/03/pemikiran-muhammad-iqbal.html
[4] Harun
Nasution, 2003, Op.Cit., hlm. 184-186
[5] Ibid, hlm.
186-187
[6] Fikri Arief,
2011, Pemikiran Faham Dinamisme Islam Muhammad Iqbal, http://ruko-tarbiyah.blogspot.com/2011/10/pemikiran-faham-dinamisme-islam.html
[7] Alqissah Nur
Al-Qalbi, 2012, Faham Dinamisme dalam Islam Menurut Muhammad Iqbal, http://nur-alqalbi.blogspot.com/2012/11/faham-dinamisme-dalam-islam-menurut.html
[8] Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam Modern, Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1986, hal.264
[9] Russamsi,
Martmidjojo, Berpikir, 2009, http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/11/apakah-berpikir-itu.html