Assalaamu`alaikum Warohmatullahi
Wabarokaatuh
Suatu ketika, sahabat Abu Hurairah
mendapatkan amanat dari Nabi Muhammad SAW untuk menjaga kurma zakat. Kemudian,
suatu hari Abu Hurairah didatangi seseorang yang hendak mengambil kurma zakat
itu, terjadilah percakapan diantara mereka:
Abu Hurairah : “Ada perlu apa kamu datang kemari?”
si Fulan :
“Aku berhak atas kurma ini, jadi aku bermaksud mengambilnya.”
Abu Hurairah :
“Baiklah kalau begitu.”
Kemudian,
keesokan harinya orang yang kemarin itu datang kembali dan bermaksud mengambil
kurma zakat itu lagi, secara otomatis Abu Hurairah menegurnya dan bermaksud
melaporkannya kepada baginda Rasul SAW. Namun, si Fulan mengelak dan berkata: “jangan,
jangan kamu adukan kepadanya, aku berjanji besok tidak akan kemari lagi”. Abu
Hurairah pun percaya, dan membiarkannya pergi.
Akan
tetapi, pada hari ketiga si Fulan kembali lagi. Hal ini, tentu membuat Abu
Hurairah tidak bisa mentolerirnya lagi dan bermaksud langsung membawa si Fulan
menghadap Rasul. Namun, si Fulan berkata: “Aku tidak akan datang apabila kamu
membacakan ini”, saat itu Abu Hurairah diberitahu bahwa si Fulan tidak akan
datang kalau dibacakan ayat kursi yakni Q.S. Al-Baqarah: 255.
Lalu, di
hari keempat Abu Hurairah pergi menghadap Rasul dan menceritakan apa yang
terjadi pada 3 hari sebelumnya. Dan Abu Hurairah mendapat kebenaran bahwa yang
datang pada hari itu adalah Syetan laknatullah.
Dari cerita singkat itu, dapat
dipahami bahwa ayat kursi memiliki keutamaan yakni menjaga orang beriman dari
godaan dan gangguan syetan. Mengapa bisa demikian? Karena, di dalam ayat kursi,
Allah, disebutkan 16-17 kali. Dan itu terdapat hanya dalam satu ayat itu dalam
Al-Qur`an.
Namun, persoalannya, kenapa banyak
orang sudah membaca ayat kursi tetapi tetap tergoda dan diganggu syetan? Maka,
jawabannya adalah bukan hanya lafadz ayat kursi yang dibaca tetapi makna dan isi
yang dimaksud menghujam dalam hati sanubari, sehingga tidak hanya di lisan
melainkan menjadi kekuatan batin yang luar biasa.
Ayat Qur`an bukanlah hanya sekedar
bacaan saja, melainkan aturan/UU/rahmat sehingga harus diselaraskan antara
Lisan, Hati dan Perbuatan kita. Maka, janji Allah akan menyelamatkan hambanya
yang Iman kepada-Nya adalah benar dan mutlak dipenuhi-Nya.
Semoga kita, termasuk orang yang
menjaga lisan, hati dan amalan kita.
Aamiin…………………………………………………………………..