BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam buku-buku sejarah diterangkan
bahwa orang yang pertama kali menciptakan Mesin Uap adalah James Watt. Padahal,
faktanya tidak sepenuhnya benar. Sebelum James Watt, seorang insinyur lain
bernama Thomas Newcomen, pada tahun 1712, berhasil menciptakan Mesin Uap yang
benar-benar dapat berfungsi. Mesin Uap yang beliau ciptakan dapat memompa air
keluar dari dalam tambang batubara di Inggris.[1]
Beribu-beribu Mesin Uap ciptaan Newcomen seperti itu, sudah digunakan sebelum
James Watt menciptakan Mesin Uapnya.
James Watt hanya memperbaiki lagi
Mesin Uap hasil ciptaan Newcomen. Pada saat itu, ditemukan pengetahuan baru
tentang cara membingkai silinder licin. Satu lagi cara baru juga ditemukan,
yaitu diciptakannya Pemompa. Kedua penemuan baru itu berhasil digabungkan oleh
James Watt untuk menghasilkan inovasi yang sangat-sangat diperlukan pada waktu
itu.
Kebutuhan untuk inovasi tersebut
karena ribuan Mesin Uap ciptaan Newcomen yang sudah siap digunakan, dianggap
belum bisa memuaskan para penggunanya. Namun, semua ahli sejarah tahu, bahwa
bukanlah Thomas Newcomen dan James Watt yang layak mendapat gelar sebagai
inventor Mesin Berkemampuan Pembakar, hingga munculnya Mesin Uap.
Orang yang berhak menerima gelar itu
adalah Robert Boyle, seorang pakar kimia. Beliaulah orang yang pertama kali
memiliki gagasan untuk menciptakan Mesin Berkemampuan Pembakar dan beliaulah
yang juga pertama kali meciptakan Mesin tersebut sedemikian rupa.[2]
Sayangnya, Robert Boyle hanya mempunyai gagasan itu, tetapi tidak berhasil
menciptakan mesin tersebut. Justru, mesin yang coba beliau ciptakan tidak bisa
bekerja karena Boyle coba menggerakkan piston mesinnya dengan menggunakan
ledakan obat bedil. Ledakan itu merusak silinder pistonnya sehingga melepaskan
setiap lejangan, beliau terpaksa membuka dan mencuci silindernya.
Salah seorang pembantu Boyle bernama
Denis Pepin, berhasil membantu Boyle menciptakan mesin ledakan obat bedil.
Gagasan Boyle telah mendorong Pepin, kemudian Newcomen, dan akhirnya James Watt
untuk menciptakan Mesin Berkemampuan Pembakar yang benar-benar dapat berfungsi.
Sumbangan Robert Boyle dicatat dalam sejarah ide, karena beliau hanya berhasil
mencetuskan suatu ide. Sumbangan beliau tidak dimasukkan ke dalam sejarah
perkembangan teknologi maupun sejarah perkembangan inovasi. Hal ini dikarenakan
kegagalan Boyle dalam menciptakan mesin tersebut.
Berdasarkan
catatan sejarah tersebut, penting sekiranya mempelajari apa dan bagaimana
berpikir inovatif atau pemikiran inovatif itu, yang dalam perkembangannya
pemikiran inovatif selalu menghasilkan karya-karya. Karya-karya menunjukkan
bahwa manusia memiliki kemampuan berpikir inovatif yang canggih, sehingga dapat
menciptakan suatu karya besar, yang mempunyai peran penting dalam perkembangan
dan peradaban manusia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1.
Apa
yang dimaksud dengan berpikir inovatif?
2.
Apa
urgensi berpikir inovatif bagi wirausaha?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini,
yaitu:
1.
Untuk
mengetahui definisi tentang berpikir inovatif; dan
2.
Untuk
memahami urgensi berpikir inovatif bagi wirausaha.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Berpikir Inovatif
Sebelum membicarakan tentang berpikir
inovatif, terlebih dahulu diuraikan mengenai apa itu berpikir? Berpikir yang
akan diuraikan dalam pembahasan ini tentu saja tidak sedetail apabila membahas
mengenai berpikir secara mendalam.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Online
dijelaskan bahwa berpikir adalah suatu proses aktivitas yang menggunakan akal
budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu.[3] Adapun
definisi berpikir yang mempunyai pengaruh sampai sekarang adalah Konsep Dewey,
yang mengartikan berpikir sebagai perilaku menyelesaikan masalah. Konsep Dewey
ini menekankan bahwa berpikirnya manusia sebagai usaha untuk menyesuaikan diri
terhadap persoalan yang dianggapnya sulit.[4]
Adapun inovasi berasal dari bahasa
Latin dan pada awalnya kata ini bermakna ‘pembaharuan’.[5]
Pada hari ini inovasi adalah tantangan terbesar yang dihadapi oleh dunia
perdagangan khususnya, dan oleh setiap negara pada umumnya. Kebanyakan orang
mendefinisikan inovasi sebagai pembangunan teknologi baru, ataupun aplikasi
suatu teknologi dalam kegunaan tertentu.
Tujuan inovasi adalah untuk
menghasilkan produk atau perkhidmatan baru bagi para pengguna dengan teknologi
sebagai intinya.[6]
Hal ini dikarenakan tanpa teknologi tujuan itu tidak dapat dicapai. Walaupun
begitu, aspek-aspek seperti proses pengeluaran, kaedah pengedaran dan pemasaran
tetap penting diperhatikan dalam menentukkan keberhasilan suatu inovasi.
Ada seorang pakar yang berpendapat
bahwa inovasi tidak mempunyai kaitan dengan produk atau perkhidmatan.
Sebaliknya, inovasi didefiniskan sebagai penciptaan cara-cara baru untuk
menyampaikan nilai kepada para pengguna. Inovasi dan reka cipta bergantung kepada:[7]
1.
Adanya
informasi yang relevan
2.
Kemampuan
memanipulasi informasi
3.
Kreativitas
untuk menciptakan konsep-konsep novel
4.
Kreativitas
untuk menjaga aplikasi-aplikasi baru
Adapun contoh-contoh inovasi yang
tidak mempunyai kaitan dengan teknologi baru, yaitu:[8]
1.
Sebuah
perusahaan di Britain yang bernama Kwit-Fit, berhasil mendirikan pasar untuk
pusat pemasangan Ban dan Knalpot saja. Perusahaan ini memiliki 350 pusat di
seluruh negara itu. Keahliannya adalah memasang Ban dan Knalpot dengan pantas,
berkualitas dan murah. Ia menciptakan konsep pusat servis yang berbeda dari
sebelumnya. Sebelumnya, pusat servis mobil menawarkan semua jenis servis mobil.
Perusahaan Kwit-Fit tidak “memperbaiki” apa-apa yang selama ini diberikan oleh
pusat-pusat servis tradisional. Melainkan hanya berfokus pada pelayanan Ban dan
Knalpot saja, yang membuatnya menjadi mudah ditawarkan, tetapi tetap
berkualitas dan murah.
2.
Sistem
Pengeluaran dari perusahaan Toyota yang disebut JIT (Just In Time) atau “Tepat
Pada Masanya” (TPM).
3.
Perusahaan
Pakaian Benetton Italy, yang mencetuskan inovasi tentang penyediaan bahan-bahan
yang siap potong dan jahit, yang sudah diberi warna. Pada waktu itu, umumnya
seseorang membeli kain namun baru diberi warna setelah dipotong dan dijahit.
Ada beberapa keunggulan dari inovasi
itu sendiri, yaitu:
1.
Mengurangi
harga
2.
Meningkatkan
kualitas
3.
Meningkatkan
lagi prestasi yang sudah ada
4.
Memberi
ciri-ciri prestasi tambahan
5.
Memberi
prestasi baru
Setiap ide dihasilkan melalui proses
dan tahap pengkonsepsian, penciptaan, pembangunan, pengeluaran dan penggunaan.
Inovasi bisa berlaku pada satu tahap atau pada gabungan beberapa tahap
tersebut. Walau apa pun yang terlibat dalam inovasi, ia hanya akan ada apabila
suatu ide itu telah benar-benar digunakan. Oleh karena itu, konsep inovasi
melibatkan proses penghantaran dan pemasaran ide-ide itu kepada pengguna.
Dengan demikian proses inovasi melibatkan lebih dari tahap pengkonsepsian, reka
cipta, dan pembangunan, yang merupakan tahap penghasilan prototype.
Adapun inovasi teknikal dapat
digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu inovasi
inkremental dan inovasi radikal.[9]
Inovasi inkremental adalah jenis yang lebih banyak digunakan, inovasi ini
melibatkan proses memodifikasi dan mereka cipta semula sesuatu produk ataupun
proses untuk mencapai objektif seperti menurunkan harga, meningkatkan mutu,
meninggikan prestasi dan menambah prestasi. Inovasi inkremental biasanya
terhasil oleh empat cara berikut:
1.
Penggunaan
subsistem yang lebih superior
2.
Penggunaan
komponen yang lebih superior
3.
Mencipta
subsistem tambahan
4.
Mencipta
komponen tambahan
Inovasi radikal membolehkan
kerja-kerja dijalankan dengan kaedah-kaedah yang tidak ada sebelumnya. Inovasi
radikal juga membolehkan kerja-kerja baru, yang tidak ada sebelumnya dapat dijalankan
sekarang. Sebagai contoh, pada masa dahulu, senjata-senjata strategik hanya
dapat diantar dengan menggunakan pesawat tempur. Sekarang ini, senjata-senjata
strategik diantar dengan cara baru yaitu melalui penggunaan peluru roket.
Untuk mencipta dan melaksanakan
inovasi, Peter Drucker menyebutkan beberapa hal yang harus dilakukan, hal-hal
yang lebih baik jangan dibuat dan beberapa syarat. Hal-hal yang mesti dilakukan
yaitu:[10]
1.
Inovasi
adalah bersifat konseptual dan perseptual
Di
dalam setiap inovasi terkandung konsep-konsep baru dan persepsi-persepsi baru.
Inovasi bukan hasil analisa semata-mata. Ia melibatkan ketiga-ketiganya, yaitu
konsep, persepsi dan analisa fakta. Seorang inovator hendaklah menciptakan
konsep dan persepsi baru.
2.
Inovasi
adalah pengenalpastian peluang-peluang baru
Para
inovator didorong oleh peluang-peluang mencari keuntungan dengan cara memenuhi
keperluan para pengguna. Untuk mengenal pasti peluang-peluang itu, mereka
melakukan pemerhatian pada trend-trend, masalah-masalah dan perubahan-perubahan
yang berlaku di sekeliling mereka.
3.
Untuk
mencipta inovasi yang efektif, inovasi itu hendaklah bersifat simpel
Untuk
berkesan, suatu inovasi hendaklah mempunyai fokus. Buat satu perkara saja.
Kalau inovasi itu coba melakukan macam-macam hal, pengguna mudah keliru, kalau
rusak juga ia sulit diperbaiki dan harganya pun mahal.
4.
Inovasi
yang efektif bermula secara kecil
Cita-cita
yang terlalu besar akan menggagalkan usaha inovasi. Tujuan inovasi hendaklah
spesifik. Buat satu perkara saja. Kemudian buat baru yang lain. Kalau tidak,
harga akan naik tinggi, banyak diperlukan tenaga kerja dan berbagai masalah
akan muncul.
Adapun hal-hal yang mesti dihindari,
sehingga suatu inovasi dapat berhasil dan sukses, yaitu:[11]
1.
Jangan
jadi terlampau cerdik
Semua
jenis inovasi akhirnya akan digunakan oleh orang-orang biasa. Ada kalanya
inovasi itu akan digunakan oleh orang-orang yang kurang pintar dan setengah
pintar. Apabila inovasi itu terlalu cerdas, ia pasti gagal. Apabila pengetik
terpaksa belajar sains komputer terlebih dahulu sebelum dia dapat menggunakan
komputer, komputer itu pasti gagal. Reka cipta inovasi tidak boleh terlalu
rumit sampai ia susah digunakan oleh orang biasa, orang yang tidak pintar dan
setengah pintar.
2.
Jangan
menciptakan inovasi untuk masa depan
Inovasi
hendaklah diciptakan untuk masa sekarang. “Apakah keperluan sekarang?”, itu
yang harus dijawab oleh inovasi, bukan “Apakah yang diperlukan 10 tahun dari
sekarang?”. Memang inovasi boleh mempunyai kesan yang lama, tetapi untuk
berhasil inovasi itu harus ada aplikasi yang serta-merta. Jangan peduli kalau
25 tahun akan datang setiap kampung menjadi pekan. Jangan menciptakan inovasi
yang hanya berumur 25 tahun dari sekarang. Tanya apakah inovasi itu diperlukan
hari ini? Kalau 25 tahun kemudian inovasi itu masih diperlukan, alhamdulillah!
Kalau tidak, inovasi itu sudah dapat digunakan sekarang.
Pada intinya, berpikir inovatif
merupakan suatu kemajuan yang besar dalam kajian berpikir, sebab pengembangan
suatu ide atau karya dapat diwujudkan dengan inovasi yang muncul, yang kemudian
dilakukan untuk mewujudkan ide tersebut. Hal ini membuktikan bahwa manusia
adalah homo saphien, artinya makhluk
berpikir, yang senantiasa akan terus berkembang dengan pemikirannya.
Adapun antara Kreatif dan Inovatif,
keduanya memiliki kesamaan. Kesamaan yang dimaksud, yaitu:[12]
1. Sama-sama dapat membawa perubahan terhadap
lingkungan;
2. Sama-sama berhubungan dengan sebuah
gagasan baru; dan
3. Sama-sama menghasilkan nilai tambah bagi
produk.
Sementara itu, hubungan antara
Kreatif dan Inovatif merupakan suatu proses yang berurutan. Goman[13]
menyebutkan: Creativity: Bringing into
existence an idea that is new to you. Sedangkan Innovation: The practical application of creative ideas.[14] Dengan
kata lain, inovasi adalah proses kelanjutan dari kreativ. Untuk lebih
memudahkan perhatikan bagan berikut:
B.
Urgensi Berpikir Inovatif bagi Wirausaha
Pada pembahasan ini penting juga
mengetahui tentang ciri-ciri Wirausaha. Ciri utama Wirausaha menurut Peter
Drucker, yaitu:[15]
1.
Mereka
yang selalu mencari perubahan;
2.
Berusaha
mengikuti dan menyesuaikan pada perubahan itu, serta memanfaatkannya sebagai
peluang; dan
3.
Mampu
memilih dan mengambil keputusan alternatif yang paling tinggi memberikan
produktivitas.
Adapun ciri lain, terdapat 9 ciri
pokok keberhasilan dan bukan merupakan
ciri-ciri pribadi (personal traits).
Ciri-ciri tersebut, yang umum dijumpai
pada Wirausaha yang berhasil di seluruh dunia adalah sebagai berikut:[16]
1.
Dorongan
berprestasi yang tinggi
2.
Bekerja
keras
3.
Memperhatikan
kualitas produknya, baik berupa barang maupun jasa.
4.
Bertanggung
jawab penuh
5.
Berorientasi
pada imbalan wajar
6.
Mengharapkan
imbalan yang sepadan dengan usahanya. Imbalan itu tidak mesti berupa uang, tetapi
juga pengakuan dan kehormatan.
7.
Optimis
8.
Wirausaha
hidup dengan pedoman bahwa semua waktu baik untuk bisnis maupun untuk
pribadinya harus berhasil secara se-imbang.
9.
Berorientasi
pada hasil kerja yang baik (excellence
oriented).
10. Seringkali Wirausaha ingin mencapai sukses
yang menonjol, dan menuntut segala yang kelas pertama (first class). Mereka selalu tidak puas atas karya yang dihasilkan.
11. Mampu mengorganisasikan.
12. Kebanyakan Wirausaha mampu memadukan
bagian-bagian dari usahanya dalam upaya mencapai hasil maksimal bagi usahanya.
Mereka umumnya diakui sebagai “komandan” yang berhasil.
13. Berorientasi pada uang.
14. Uang yang dikejar oleh para Wirausaha
tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan pengembangan usaha saja,
tetapi juga dilihat sebagai ukuran prestasi kerja dan keberhasilan.
Sebagai individu yang penuh dengan
keoptimisan mencapai keberhasilan dan kesuksesan, tentu saja seorang Wirausaha
harus tetap bisa menyesuaikan dengan kondisi zaman di mana ia berada. Sehingga ia
tetap mampu menunjukkan kemampuannya berinovasi dalam berbagai kesempatan.
Adapun mengenai jenis-jenis inovasi,
menurut Kuratko (1955), yaitu:[17]
1.
Penemuan
(Invensi);
2.
Pengembangan
(Eksistensi);
3.
Penggandaan
(Duplikasi); dan
4.
Sintesis.
Beberapa faktor yang dapat mendukung
tercapainya keberhasilan penerapan kemampuan inovasi-inovasi menurut James
Brian Quinn (1955), yaitu:[18]
1.
Iklim inovasi dan visi. Perusahaan
yang inovasi mempunyai visi yang singkat dan jelas serta memberi dukungan nyata
untuk terwujudnya suasana inovasi.
2.
Orientasi pasar. Perusahaan
yang inovasi melandaskan visi mereka yang ada pada pasar.
3.
Organisasi yang tetap datar dan kecil. Kebanyakan
perusahaan yang inovasi berusaha menjaga keseluruhan perusahaan tetap datar
serta tim proyek yang kecil.
4.
Proses belajar interaktif. Di
dalam suatu lingkungan yang inovasi, proses belajar dan penelitian ide-ide
mengabaikan garis fungsi tradisional dalam suatu perusahaan.
Berikut ini ada beberapa hal yang
menjadi sumber penerapan kemampuan inovasi (Howel dan Heggins,1990) sebagai
berikut:[19]
1.
Kejadian yang tidak diharapkan. Ada
dua hal yang sering muncul dalam usaha, yaitu kesuksesan dan kegagalan yang
lahir begitu saja tanpa pernah diantisipasi dan diramalkan sebelumnya Kegagalan
dan kegagalan biasanya tidak diharapkan Wirausaha, akan tetapi hal ini sama
pentingnya karena bisnis sering mengabaikannya, bahkan membencinya. Kegagalan
ini sebenarnya dapat menjadi sumber peluang inovasi. Hal inilah yang akan
menjadi dasar kuat bagi perusahaan. Contohnya: Teh botol sosro keberhasilannya
tidak pernah diduga banyak orang, bahkan mula-mula diawali dengan adanya
cemoohan.
2.
Ketidakharmonisan. Peristiwa-peristiwa
yang tidak diharapkan dapat menjadi sumber peluang yang mudah dan
disederhanakan. Hal ini bisa terjadi karena ada jurang pemisah antara yang
diharapkan dengan yang sebenarnya terjadi.
3.
Proses sesuai dengan kebutuhan. Hal
ini dapat terjadi jika permintaan khusus terhadap Wirausaha untuk menciptakan
inovasi tertentu, karena ada kebutuhan khusus. Contohnya: Perusahaan minyak
goreng tanpa kalesterol tinggi berdasarkan kebutuhan khusus.
4.
Perubahan pada industri dan pasar. Industri
selalu berkembang berdasarkan perkembangan pasar yang selalu berubah-ubah
secara struktural, desain, dan definisi. Di sini seorang Wirausaha harus peka
mengantisipasi untuk menarik kesempatan yang akan muncul. Contohnya: Dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produk-produk yang ramah terhadap
lingkungan, akan terlahirlah kertas, plastik, dan sampah yang didaur ulang.
5.
Perubahan demografi. Perubahan
demografis merupakan sumber peluang inovasi yang paling handal di luar
perusahaan. Di sini inovasi akan muncul karena adanya perubahan pada masyarakat
tentang jumlah penduduk, umur, pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, lokasi
geografis, dan faktor-faktor lainnya.
6.
Perubahan persepsi. Adanya
sumber peluang inovasi, berbagai rupa keganjilan, dapat menjadi sumber peluang
inovasi. Di sini inovasi akan muncul karena adanya perubahan interpretasi yang
terjadi di masyarakat akan fakta-fakta yang ada dan konsep yang berlaku.
Contohnya: Bermunculannya pusat-pusat kebugaran jasmani (fitness center) dan aerobik
di kota-kota besar.
7.
Konsep pengetahuan dasar. Pengetahuan
baru, apakah itu pengetahuan ilmiah, teknis atau sosial merupakan sumber
peluang yang paling produktif. Di sini ada beberapa prinsip yang mendasari
kreasi dan inovasi, serta Invensi. Invensi merupakan salah satu konsep
pengetahuan dasar karena adanya produk dari hasil pemikiran baru. Contohnya:
industri, video, dan robot.
Rasa ingin tahu menurut Schon (1963)
dan servo (1988), yang dimiliki seorang Wirausaha akan mendorong untuk
melakukan penelitian dan percobaan.[20]
Seorang Wirausaha sering menemukan sesuatu yang baru. Hal ini disebut inovasi. Konsepsi
penemuan dan pemanfaatan adalah elemen-elemen yang ada di dalam inovasi.
Inovasi hampir selalu melibatkan pertarungan antara banyak orang dan dibutuhkan
stamina serta kepercayaan diri yang tinggi untuk dapat menjadi pemenang. Inovasi
telah dikenal sebagai salah satu fungsi penting di dalam proses kewirausahaan.
Inovasi merupakan suatu proses mengubah peluang menjadi gagasan yang dapat
diperjualbelikan.
Adapun mengenai tahapan-tahapan
inovasi, dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu:[21]
1.
Penciptaan
Inovasi, yaitu kreasi gagasan dan pemecahan masalah bagi suatu produk atau
solusi produk.
2.
Adopsi
Inovasi, yaitu akuisisi atau implementasi inovasi yang menjadikan sumber
peluang dari inovasi itu.
Jenis, bentuk dan motif apa pun
apakah inovasi itu sederhana atau radikal merupakan sebuah bentuk kesadaran.
Sebagian besar gagasan inovasi muncul lewat analisis peluang yang sistematis
dan bertujuan. Dalam upaya mempertahankan identitas dan kelangsungan hidup
inovasi itu memerlukan pengetahuan, kemurnian, keteguhan, dan kerja keras.
Tuomi (1999) berpendapat bahwa proses
utama inovasi terkait dengan pembaharuan dan pertumbuhan inovasi sendiri, dan
ini merupakan penyebab utama adanya pertumbuhan dan pembaharuan.[22] Inovasi
dikenal secara luas di kalangan dunia bisnis dan tujuan utamanya adalah melaksanakan
kegiatan ekonomi dan menjadi instrumen penting untuk mencapai serta
melestarikan keunggulan daya saing di dalam bisnis.
Tujuan awal inovasi adalah menjadi
pembuat norma dan menciptakan bisnis yang berada di depan. Akan tetapi,
terutama di dalam dunia bisnis, sering kali inovasi yang efektif adalah inovasi
yang sederhana dan fokusnya melakukan atau membuat satu hal.
Inovasi adalah merupakan hasil kerja
keras yang memerlukan pengetahuan dan kemurnian berwirausaha. Akan tetapi, pada
kenyataannya tidak seorang pun Wirausaha dapat memastikan, apakah inovasi itu
akan mengakhiri sebuah bisnis besar, mengubah aturan main, atau hanya sebuah
prestasi biasa.
Inovasi dapat dianalisis pada level
nasional organisasi, kelompok atau individu. Di sini seorang Wirausaha harus
mampu mengelola empat fase pembuatan inovasi proses yaitu sebagai berikut:[23]
1.
Pengamatan
dan penyelidikan terhadap lingkungan, baik internal maupun eksternal.
2.
Pilihan
terhadap adanya pemicu terhadap inovasi.
3.
Adanya
opsi sumber daya dan penciptaan melalui riset. Pengembangan sumber daya yang
diperoleh melalui pengalihan teknologi dan adanya sumber daya pengetahuan untuk
dilaksanakan seorang Wirausaha.
4.
Penerapan
inovasi lahir dari gagasan-gagasan, ide-ide, melalui berbagai tahap
pengembangan untuk dilimpahkan sebagai produk atau pelayanan baru pada pasar
eksternal, metode baru atau proses baru.
Dimensi tipe-tipe inovasi,
tahapan-tahapan inovasi, dan level analisisnya adalah sebagai berikut:[24]
1.
Inovasi
produk, adalah hasil dari organisasi perusahaan.
2.
Inovasi
administrasi, adalah inovasi yang terkait dengan manajemen, serta berorientasi
dengan proses struktur, manajemen sumber daya manusia (SDM), dan sistem
akuntansi.
3.
Inovasi
kontinum, adalah sebagai inkremental ke radikal menurut tingkat perubahan yang
diinginkan untuk melaksanakan inovasi.
4.
Inovasi
proses, adalah upaya untuk menghasilkan produk atau pelayanan yang baik.
5.
Inovasi
teknik, adalah inovasi yang terkait langsung dengan produksi produk.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagai bukti bahwa manusia adalah homo saphiens atau manusia yang berpikir
adalah dengan menunjukkan kreatifitasnya dalam mewujudkan dan melakukan
sesuatu. Otak dan akal yang dianugerahkan Allah kepada manusia menjadi
fasilitas terbaik bagi manusia untuk membuat suatu peradaban, mengembangkan
ilmu pengetahun dan teknologi.
Tentu saja tidak sampai pada kreatif,
agar ilmu dan peradaban terus berkembang senantiasa harus dilakukan
inovasi-inovasi. Berpikir yang inovatif tentu saja bertujuan mencari perubahan
dan kemajuan yang lebih efektif dan efisien. Sehingga kehidupan manusia menjadi
lebih mudah dan berkualitas.
Manusia
yang hidup sebagai Wirausaha, memiliki tugas dan tantangan besar tersendiri.
Terlebih dalam mengembangkan inovasi-inovasi, yang kemudian bermanfaat bagi
kehidupan orang banyak. Tetapi yang menjadi catatan penting adalah bahwa sikap
inovatif itu bukan hanya harus dimiliki oleh para Wirausaha saja, melainkan
seluruh manusia sebagai makhluk berpikir.
B.
Saran
Makalah ini masih jauh dari sempurna, kemungkinan
salah itu besar baik dalam penulisan maupun struktur bahasa yang digunakan.
Oleh karenanya, penulis berharap mendapatkan kritik yang bersifat membangun
agar dapat memperbaiki penulisan berikutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Drucker, Peter F. 1996. Inovasi dan Kewirausahaan. Jakart:
Erlangga.
Goman, Carol Kinsey.
2000. Creativity in Bussiness a Practical
Guide for Positive Thinking. Boston: Thompson Course Technology.
http://kamusbahasaindonesia.org/berpikir/mirip
diakses pada Kamis, 27 April 2017 Pkl. 02.30 WIB.
Mohd., Ainon dan Abdullah
Hassan. 2000. Kursus Berpikir untuk Kolej
dan Universiti. Kuala Lumpur: PTS Publications & Distributors Sdn Bhd.
Supardi, Endang. 2004. Kiat Mengembangkan Sikap Kreatif dan
Inovatif. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Suprapti, Wahyu. 2015. Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingak IV
(Berpikir Kreatif dan Inovatif). Jakarta: P3D Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.
[1] Lihat Ainon Mohd. dan
Abdullah Hassan, Kursus Berpikir untuk
Kolej dan Universiti, (Kuala Lumpur: PTS Publications & Distributors
Sdn Bhd., 2000), hlm. 257. Selanjutnya ditulis Ainon dan Abdullah.
[2] Ainon dan Abdullah, hlm.
258.
[3] Lihat http://kamusbahasaindonesia.org/berpikir/mirip diakses pada Kamis, 27
April 2017 Pkl. 02.30 WIB.
[4] Ainon dan Abdullah, hlm.
3.
[5] Ainon dan Abdullah, hlm.
258.
[6] Ainon dan Abdullah, hlm.
259.
[7] Ainon dan Abdullah, hlm.
259.
[8] Ainon dan Abdullah, hlm.
259-261.
[9] Ainon dan Abdullah, hlm.
263-264.
[10] Ainon dan Abdullah, hlm.
265.
[11] Ainon dan Abdullah, hlm.
267.
[12] Lihat Wahyu Suprapti, Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingak IV
(Berpikir Kreatif dan Inovatif), (Jakarta: P3D Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia, 2015), hlm. 36. Selanjutnya ditulis Wahyu.
[13] Salah seorang enterpreuner Barat
[14] Lihat Carol Kinsey Goman, Creativity in Bussiness a Practical Guide
for Positive Thinking, (Boston: Thompson Course Technology, 2000).
Selanjutnya ditulis Goman.
[15] Lihat Peter F. Drucker, Inovasi dan Kewirausahaan, (Jakart:
Erlangga, 1996). Selanjutnya ditulis Drucker.
[16] Endang Supardi, Kiat Mengembangkan Sikap Kreatif dan
Inovatif, (Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2004),
hlm. 33-34. Selanjutnya ditulis Supardi.
[17] Supardi, hlm. 36.
[18] Supardi, hlm. 39.
[19] Supardi, hlm. 39-41.
[20] Supardi, hlm. 41.
[21] Supardi, hlm. 39.
[22] Supardi, hlm. 41.
[23] Supardi, hlm. 42.
[24] Supardi, hlm. 43.
0 comments:
Posting Komentar